naik-karena-wajar-atau-karena-derek

Bagian I

Toni baru lulus dokter spesialis. Langsung ia dicalonkan jadi direktur rumah sakit padahal baru saja mulai bekerja. Ia ambisius.

Akan tetapi ayahnya geleng-geleng kepala, “Kamu ingin naik jabatan. Itu bagus. Tapi untuk segala jabatan ada waktunya. Sekarang kamu sanggup jadi spesialis, tapi belum matang untuk jadi kepala bagian. Apalagi jadi kepala kompartemen. Apalagi jadi direktur yang mengepalai ratusan dokter. Jangan lupa, di antara mereka ada yang sudah puluhan tahun mengabdi di situ.”

Ayah Toni melanjutkan, “Kamu tahu cerita bagaimana aku sukses jadi pengusaha hotel? Aku mulai dari bawah. Sebagai room cleaning boy. Lalu room service. Pokoknya kerucuk. Semua itu kujalani dengan penuh disiplin. Lalu naik sedikit demi sedikit. Bukan naik mendadak!”

Lalu si ayah menepuk-nepuk pundak Toni, “Sekarang mulai dari bawah dulu. Berprestasi dalam hal-hal kecil. Lalu jadi besar secara wajar setahap demi setahap. Cepat naiknya cepat jatuhnya. Tinggi naiknya sakit jatuhnya. Semua pekerjaan mulai dari bawah! Kecuali tukang gali sumur dan tukang cat tiang listrik.”

Itu sikap ayah Toni. Itu pula sikap Yesus, “Bagus, hai hamba yang baik dan setia! Engkau telah setia dalam hal kecil; aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam hal yang besar” (Mat. 25:21).

Yesus mengucapkan sikap-Nya itu pada hari Selasa, dua hari setelah Minggu Palma saat Ia dielu-elukan, “Hosana di tempat yang maha tinggi!” Atau empat hari sebelum Jum’at Agung saat Ia diteriaki, “Salibkan Dia! Salibkan Dia!”

Pada hari-hari terakhir itu Yesus mempersiapkan para rasul-Nya untuk melanjutkan pekerjaan-Nya di bumi. Selama tiga tahun dengan rupa-rupa perbuatan dan cerita Yesus menunjukkan bahwa Ia datang untuk merintis Kerajaan Allah.

Pada hari Selasa terakhir itu Yesus menceritakan sebuah cerita lain lagi, “Kerajaan Surga seumpama seseorang yang mau bepergian. Ia memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka (ay. 14). Tiap hamba dipercayakan tugas yang berbeda besaran tanggung jawabnya. Si pemberi tugas yang adalah personifikasi Yesus memuji petugas yang dengan penuh kesungguhan melakukan tugasnya. Petugas itu dibubuhi predikat “Bagus, Baik dan Setia” (ay. 21a). Petugas itu disebut “telah setia dalam hal kecil”. Lalu petugas itu dinilai punya prospek untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi, “Aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam hal yang besar” (ay. 21b).

Sebenarnya semua perumpamaan Yesus adalah tentang Kerajaan Allah. Tiap perumpamaan menekankan satu atau dua aspek tertentu. Dalam perumpamaan ini Yesus menekankan bahwa pekerjaan kecil tidak hina. Sebaliknya, pekerjaan kecil yang dilakukan dengan baik dan setia akan membuat kita tumbuh dan matang untuk pekerjaan yang lebih besar dan tinggi. Yang besar berawal dari yang kecil. Yang tinggi berawal dari yang rendah di bawah. Mulai dari bawah!

Kecuali! Kecuali menggali sumur dan ngecat tiang listrik. Itu saya dengar tadi pagi di Tomang di rumah Toni.

Karier saya sebagai pendeta , dosen, dan penulis juga mulai dari anak tangga paling bawah. Di GKI Samanhudi saya mulai dengan praktek lapangan tiga bulan. Di STT Jakarta pada usia 37 tahun saya dipakai mengisi kekosongan dosen dan baru pada usia 48 tahun diangkat jadi guru tetap. Di BPK Gunung Mulia saya mulai sebagai peserta Latihan mengarang dan disuruh menulis buku Hadi ke Sukabumi. Semua tugas kecil itu saya jalani tanpa banyak bicara dan tanpa bikin gara-gara. Ternyata dengan tugas-tugas kecil itu Samanhudi, STT, dan Gunung Mulia membesarkan saya hingga sekarang.

(Bersambung)

Andar Ismail

Renungan lainnya