menemukan-kembali-tuhan

Sepanjang sejarah manusia, selalu ada satu pertanyaan yang tidak pernah benar-benar hilang: Apakah Allah ada, dan bagaimana saya dapat mengenal-Nya? Timothy Keller, lewat karya-karyanya yang menggugah pikiran seperti The Reason for God dan Making Sense of God, mengeksplorasi kerinduan universal ini. Ia tidak hanya menawarkan argumentasi rasional, tetapi juga menyentuh pergumulan eksistensial manusia modern — kerinduan akan identitas, relasi, dan makna yang sejati.

Keller menyadari bahwa di tengah budaya sekuler yang hiper-individualistik saat ini, jalur-jalur tradisional menuju iman kadang dianggap usang atau tidak relevan. Namun justru di era kegelisahan inilah, kerinduan manusia akan sesuatu yang transenden dan perjumpaan pribadi dengan Allah tetap kuat seperti dulu. Menemukan Allah bukan sekadar soal menerima fakta-fakta teologis secara intelektual. Ini adalah proses menyeluruh yang melibatkan akal, hati, dan kehendak. Kalau begitu, apa yang dapat dilakukan untuk “menemukan kembali” Allah? Keller mengajukan setidaknya empat hal:

  1. Menyadari kerinduan terdalam dalam hati Setiap hati manusia memiliki kerinduan mendalam — akan cinta, keadilan, keindahan, dan makna — yang tidak pernah bisa sepenuhnya dipuaskan oleh hal-hal fana. Kerinduan ini menunjuk kepada sesuatu yang tidak terbatas. Keller mengutip C.S. Lewis: “Jika aku menemukan dalam diriku keinginan yang tidak dapat dipenuhi oleh pengalaman di dunia ini, penjelasan yang paling masuk akal adalah bahwa aku diciptakan untuk dunia lain.”
  2. Mempertanyakan skeptisisme (keraguan) kita sendiri Skeptisisme modern terhadap agama seringkali bukan berasal dari akal sehat murni, melainkan dari asumsi budaya. Keller mengajak kita untuk meragukan keraguan kita. Mengapa kita begitu yakin bahwa otonomi diri dan materialisme mampu menjawab segalanya? Bisa jadi penolakan kita terhadap Allah sendiri adalah suatu sistem kepercayaan — yang justru membuat hati kita tetap kosong dan gelisah.
  3. Berjumpa dengan pribadi Kristus Inti Kekristenan bukan sekadar sistem nilai atau filosofi moral, melainkan relasi dengan satu Pribadi — Yesus Kristus. Menemukan Allah berarti melihat Kristus bukan hanya sebagai guru moral, tapi sebagai wujud nyata kasih, keadilan, dan penebusan Allah bagi manusia. Melangkah lebih jauh untuk berjumpa dengan Kristus, bukan sekadar pemahaman terhadap serangkaian doktrin/konsep-konsep teologis.
  4. Mengalami Allah lewat komunitas dan firman-Nya Allah sering kali menyatakan diri-Nya melalui komunitas jemaat (persekutuan) di mana hidup orang-orang diubah oleh kasih karunia-Nya. Firman Tuhan bukan sekadar teks kuno, melainkan perkataan yang hidup dan sanggup menjawab kebutuhan terdalam manusia.

Sekalipun kita berkata “mencari Allah,” atau “menemukan kembali Allah” dalam penghayatan dan refleksi spiritual sebagaimana yang digambarkan Keller, namun pada kenyataannya, Allah-lah yang terlebih dahulu mencari dan menemukan kita. Injil adalah kisah tentang Allah yang “mengejar” manusia dalam kasih, dan puncaknya adalah dalam pribadi Yesus. Yeremia 29:13 memberikan gambaran mendalam tentang bagaimana Allah membiarkan diri-Nya ditemui: “Ketika kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; ketika kamu mencari Aku dengan segenap hati.”

Di dunia yang penuh gangguan, “berisik” dan ramai ini, di mana segala sesuatu berlomba merebut perhatian dan identitas kita sering dibentuk lewat citra di media sosial, “menemukan kembali Tuhan” – yang dalam kenyataan Tuhan-lah yang lebih dahulu menemukan kita – dapat menjadi instrumen dan proses untuk tetap ada dalam jalur Tuhan; ibarat ponsel, tetap connected dengan wifinya Tuhan. Proses ini membuat iman tetap waras dan terjaga. Meski kemajuan teknologi dan ekonomi berkembang pesat, depresi, kecemasan, dan kesepian tetap merajalela, kita terus diingatkan bahwa kita diciptakan untuk berelasi dengan Allah.

Jika saat ini hati kita elah mengejar validasi dan makna dalam prestasi, hubungan, atau identitas buatan diri, atau mungkin kita merasakan kekosongan dalam diri dan hidup – kerinduan yang belum juga terisi, ingatlah bahwa Allah tidak jauh. Dalam Kristus, Dia telah mendekat. Melalui Firman-Nya, doa, dan komunitas orang percaya, Dia mengundang kita untuk mengalami kasih-Nya yang hidup dan memulihkan. Bagi orang percaya maupun para pencari, undangannya tetap sama: Datanglah, kecaplah dan lihatlah betapa baiknya Tuhan itu.

Felix inveniat Deum! Selamat menemukan Tuhan.

Pdt. Semuel Akihary

Renungan lainnya