yang-selalu-baru-di-tahun-baru

Tidak diragukan lagi waktu adalah realitas terbesar di dunia. Saat waktu berlalu, ia tidak pernah kembali lagi. Bagi mereka yang menghargainya, waktu selalu berada dalam jangkauan. Sementara bagi mereka yang tidak menyadarinya, waktu seolah tidak setia kepada mereka. Dalam rentang waktu di tahun 2024, tentu banyak dinamika, pengalaman, dan peristiwa hidup. Pasang-surut, perjumpaan-perpisahan, untung-rugi, tertawa-menangis, sedih-gembira dan sebagainya. Mungkin juga selama tahun yang baru saja berlalu ada banyak harapan yang pupus. Namun bagaimana pun, sama seperti tahun yang telah berlalu, selalu membawa kepada kita tahun yang baru, maka persis pada hari minggu yang pertama, di tahun 2025, kita dihadapkan pada kehidupan dan harapan yang baru.

Pada saat tahun baru, banyak orang mengevaluasi hidup mereka dan merencanakan serta memutuskan untuk mengambil tindakan. Salah satu contoh dramatis dalam menganggap serius resolusi adalah kebiasaan lama orang-orang Eropa yang tergambar dalam ungkapan: “Apa yang dilakukan seseorang pada hari ini (tahun baru) akan dilakukan untuk sisa tahun ini.” Apa yang menyatukan kebiasaan ini dan jenis resolusi yang lebih umum adalah bahwa pada hari pertama tahun orang menganggap nilai-nilai mereka secara lebih serius.

Nilai (values) tidak hanya bersifat fisik dan eksternal. Nilai juga bisa bersifat psikologis. Banyak resolusi Tahun Baru mengungkapkan bahwa orang ingin memperbaiki diri dengan bertumbuh secara psikologis. Misalnya, belakangan banyak posting di instagram yang menunjukan orang-orang merevisi target mereka dari apa yang telah ditetapkan di awal; orang melihat resolusi sendiri selama bertahun-tahun.

Ada banyak janji di sana: lebih sabar dengan anak-anak, tingkatkan harga diri Anda, lebih terbuka secara emosional dengan pasangan, dan sebagainya. Resolusi semacam itu mengungkapkan ambisi moral seseorang yang ingin memperbaiki diri dan kehidupannya. Lalu apa makna filosofis dari resolusi tahun baru? Setiap resolusi yang dibuat pada hari ini menyiratkan bahwa kita mengendalikan diri sendiri, bahwa kita bukan korban yang ditakdirkan oleh keadaan, dikendalikan oleh ramalan horoskop, dimiliki oleh keberuntungan, tetapi kita adalah individu yang dirahmati Tuhan dan bersama-NYA, kita dapat membuat pilihan dan keputusan untuk mengubah hidup.

Semua itu menunjukkan betapa Tahun Baru selalu membawa harapan yang baru; kehidupan yang baru. Apa pun yang kita lakukan, Tahun Baru adalah pesan harapan karena harapan adalah cahaya untuk kehidupan yang lebih baik. Bagi mereka yang memegang tali harapan, tidak peduli betapa sulitnya perjalanan hidup, harapan memberi energi dan semangat untuk terus melangkah, meninggalkan yang ada di belakang dan terus mengarahkan pandangan ke depan.

Sejalan dengan situasi ini, Paulus mengingatkan kita, “Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus” (Filipi 3:13-14). Tentu yang Paulus maksudkan bukan soal melupakan (tidak mengingat). Tujuan utamanya adalah hal-hal yang telah berlalu tidak boleh menjadi penghambat perjalanan baru yang tersedia di depan, secara khusus dalam perjalanan iman bersama Kristus. Beban masa lalu dapat mengaburkan bahkan mengikis habis harapan yang ada. Terkadang kita membiarkan masa lalu merampas kebahagiaan yang seharusnya menjadi milik kita saat ini. Kita tinggal lama dalam penyesalan atas kegagalan rencana hidup kita, atau tugas yang tidak kita selesaikan, atau bahkan standar yang tidak dapat kita penuhi. Hal ini dapat dengan mudah menimbulkan rasa sakit dan kesedihan yang akan mengganggu kedamaian kita. Dan ketika kedamaian hilang, persekutuan kita dengan Tuhan menjadi rusak.

Oleh karena itu, istilah ‘melupakan’ dapat juga dimaknai sebagai proses berdamai dengan apa pun atau siapa pun di masa lalu, yang mungkin saja membuat perjalanan hidup kita tidak mudah. Berdamai membuat kita lebih lega. Sama seperti seorang pemikul yang lega ketika menurunkan pikulan yang ia pikul selama beberapa waktu lamanya. Kelegaan itu tidak saja memberi energi baru, tetapi juga menimbulkan harapan baru untuk tetap melihat masa depan dengan perspektif yang jauh lebih baik.

Setiap Tahun Baru menciptakan harapan baru dan emosi baru di hati setiap manusia. Umumnya sebagian besar orang berpikir bahwa tahun mendatang akan lebih baik bagi kita dibandingkan tahun sebelumnya. Orang optimis tentang bisnis atau pekerjaan, pelayanan, usaha dan hubungan-hubungan yang dijalani. Semoga Tahun Baru mengakhiri kekerasan dan kebencian, perselisihan dan kesusahan, membawa keadilan bagi yang tertindas, pemulihan bagi yang terpinggirkan dan dilecehkan, harapan bagi yang putus asa. Semoga tahun 2025 membawa harapan baru bagi para pencari kerja, harapan baru bagi pecinta perdamaian, harapan baru bagi pemberi kebaikan dan harapan baru bagi seluruh umat manusia dan kemanusiaan. Singkatnya semoga tahun 2025 ini membawa kebahagiaan, kedamaian dan berkat-NYA bagi kita semua. Selamat tahun baru 2025 dengan harapan baru.

Pdt. Semuel Akihary

Renungan lainnya