perempuan-sebagai-pemberita-injil

Kisah kebangkitan Yesus merupakan inti dari kabar sukacita kekristenan. Menariknya, momen besar ini pertama-tama tidak diwartakan kepada para rasul, tetapi kepada seorang perempuan, Maria Magdalena. Dialah yang pertama kali dijumpai oleh Yesus yang bangkit dari antara orang mati. Perempuan yang dalam masyarakat pada masa itu tidak diperhitungkan kesaksiannya di pengadilan, justru dipilih oleh Yesus sebagai saksi pertama dari kemenangan-Nya atas maut.

Maria Magdalena bukan hanya menyaksikan kebangkitan, tetapi juga menerima perintah langsung dari Yesus: “Pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka.” Ia menjadi pemberita Injil yang pertama, pembawa kabar sukacita bahwa Kristus telah bangkit! Ini bukan hanya sebuah peristiwa sejarah, melainkan juga pernyataan teologis yang kuat: keselamatan Kristus tidak mengenal Batasan gender, dan karya-Nya dijalankan juga melalui suara perempuan.

Lebih dari itu, Injil mencatat bahwa para perempuanlah yang tetap setia hadir di saat Yesus disalib. Ketika murid-murid laki-laki melarikan diri karena takut, para perempuan (Maria ibu Yesus, Maria Magdalena, dan Salome) tetap tinggal dan menyaksikan penderitaan-Nya. Mereka tidak pergi. Mereka bertahan. Bahkan setelah penguburan, mereka memberanikan diri untuk datang ke kubur pada pagi hari yang gelap dan penuh risiko. Tindakan mereka bukan hanya bentuk kasih, tetapi juga keberanian iman yang melampaui rasa takut.

Kesaksian iman para perempuan ini menggugah kita untuk menyadari bahwa kekuatan, keberanian, dan kesetiaan bukan milik satu jenis kelamin saja. Allah memakai siapa pun yang bersedia merespon panggilan-Nya. Dalam para perempuan yang menjadi saksi salib dan kebangkitan, kita melihat refleksi dari iman yang teguh, kasih yang setia, dan keberanian untuk mewartakan terang di tengah bayang-bayang gelap.

Hari ini, ketika kita merenungkan peran perempuan dalam pemberitaan Injil, kita diingatkan bahwa Allah selalu memilih dengan cara yang melampaui batas-batas manusia. Seperti Maria Magdalena, marilah kita pun setia membawa kabar sukacita: “Tuhan telah bangkit!” Dan seperti para perempuan lainnya, marilah kita tetap hadir, tetap berani, dan tetap setia dalam panggilan memberitakan Injil di mana pun kita berada.

Pdt. Peter Abet Nego

Renungan lainnya