natal-ibu-ukraina-berteriak-dengan-chairil-anwar
Bagian I. Rumahku Diinapi Orang Majus

“Bu, kami orang majus dari Timur. Bolehkah kami numpang nginap di rumah Ibu? Hanya sampai sore. Sebentar sore berangkat lagi. ”Aku terkesima. Pagi buta begini sudah ada tamu. Salju sangat tebal. Rombongan ini datang dengan belasan unta.

Ketiga pria berpakaian mentereng itu dengan sopan memperkenalkan diri, “Aku Kaspar. Ini temanku Melkhior. Ini Balthasar. Kami mencari seorang raja yang baru dilahirkan. Kami ingin menyembah Dia. Kami telah melihat bintang-Nya” “Ya, silakan masuk. Namaku Babouscka. Ayahku Ukraina. Ibuku Belanda campur Rusia. ”Ketiga orang majus itu menyeruput minuman panas yang kusajikan. Aku senang, “Ini ramuanku sendiri. Aku suka mencoba rupa-rupa resep minuman herbal.”

Sore hari mereka mulai berkemas. “Wah, rupanya Ibu hobi prakarya melipat kertas. Karya Ibu sangat bagus. Aku menjawab, “Benar, itu obsesiku. Melipat-lipat kertas dijadikan bunga, burung, topi, atau apa saja. Lalu aku hadiahkan kepada anak-anak.”

Serentak ketiga orang majus itu mendesak, “Ibu, kalau begitu mari ikut kami. Bersujud di depan raja yang baru lahir itu dan mempersembahkan mainan hasil lipat kertas Ibu kepada Dia. Ciptaan Ibu sungguh yogia untuk raja yang baru lahir itu.” Tersanjung aku diajak orang-orang pandai ini. Aku merendah, “Terima kasih. Aku pikir-pikir dulu.” Lalu Kaspar berkata, “Ibu, kami membuntuti sebuah bintang unik.

Para astrolog dan astronom dari Tiongkok melaporkan terjadinya sebuah supernova. Juga ada dugaan bahwa saat ini terjadi konjungsi Yupiter dan Saturnus. Sebuah babak baru sedang terjadi dalam kosmologi. Oleh sebab itu, kami berhipotesis bahwa bintang baru itu pertanda lahirnya seorang raja yang mengawali babak peradaban yang baru dalam sejarah.”

Uh, sangat rumit. Aku baru mengerti tentang fungsi orang majus kemudian saat membaca “Natal: Kepadaku dan Tamburku” di Selamat Membarui. Hari mulai senja. Rombongan siap-siap berangkat. Tiap orang majus memegang teropong bintang yang panjangnya sampai satu meter. Mereka juga memegang buku catatan. Juga buku panduan peta langit. Kagum perasaanku melihat mereka pamit untuk tugas yang besar ini. Bangga perasaanku bahwa rumahku disinggahi mereka.

Berhari-hari masih terngiang di telingaku pujian orang majus itu bahwa mainan lipat kertasku yogia untuk dipersembahkan kepada raja yang baru dilahirkan. Tiba-tiba aku tersentak. Mengapa aku tidak ikut dengan para majus itu? Kalau begitu, aku susul mereka. Sekarang aku berangkat.

Ini awal cerita yang saya adaptasi dari buku kuno Eastern European Legends tahun 1899 terbitan Werner Publishing di London. Pengarangnya anonim. Adaptasi saya lakukan dengan anakronisme, karakterisasi protagonis, improvisasi alur, silihan peran narrator dengan penulis cerita, inkonsistensi kronologi, dan persilangan fiksi dengan nonfiksi. Ragam sastra ini tidak cocok untuk anak/remaja, bahkan pembaca dewasa yang belum biasa mengapresiasi susastra pun mungkin akan merasa janggal.

Kembali Babouscka berkisah. Berhari-hari aku bergegas melewati desa dan kota sambil bertanya, “Apa kamu lihat rombongan unta orang majus? Ke arah mana mereka pergi?” Negara demi negara kulewati. Romania, Bulgaria, Turki. Terus ke selatan, Siria, Lebanon, Israel.

Di tiap perbatasan aku mengisi formulir imigrasi. Nama : Babouscka Kebangsaan : Ukraina Seks : Perempuan Gender : Aseksual Pekerjaan : Dosen Pedagogi Universitas Kyiv Tujuan perjalanan : Mencari raja yang baru dilahirkan

Andar Ismail

Renungan lainnya