Bagian II. Keburu Dipidana
Semua orang Yerusalem baik hati. Mereka langsung menunjukkan arah perginya rombongan orang majus. Aku pun tiba di kota kecil Betlehem. Langsung aku masuk ke losmen. Petugas losmen menjawab, “Betul. Orang majus datang. Mereka bersembah sujud kepada bayi yang baru dilahirkan. Nama bayi itu Yesus”.
Wah aku girang luar biasa. Akhirnya aku akan bertemu dengan raja yang baru dilahirkan itu. Cepat aku bertanya, “Mana bayi itu?” Petugas losmen menjelaskan, “Malam itu kami terpaksa menolak ayah dan ibu bayi itu, karena losmen sudah penuh. Akibatnya mereka menginap di kandang keledai dan unta di seberang. Mari kuantar Ibu ke seberang. Penjaga kandang itu seorang mahasiswa kedokteran hewan yang sedang magang.” Akan tetapi aku disambut gelengan kepala oleh penjaga kandang itu. “Baru beberapa jam lalu mereka lari. Bayi itu akan dibunuh oleh Herodes. Ayah dan ibu bayi itu lari mengungsi.”
Langsung aku desak, “Mengungsi ke mana? Siapa itu Herodes?” Penjaga kandang itu pucat ketakutan. Ia berbisik, “Jangan Ibu beritahukan siapa pun. Mereka mengungsi ke Mesir. Herodes adalah raja kami. Ia kejam. Ia pernah membunuh istri dan dua anaknya. Silakan ibu baca sendiri “Herodes yang Takut Disaingi” di buku Selamat Natal”. Malam itu aku tidur lebih dini. Besok subuh aku susul bayi itu ke Mesir.
Tiba-tiba, terdengar teriakan-teriakan. Aku ngintip dari jendela. Ampun, ada banyak tentara suruhan Herodes. Mereka memukuli penjaga kandang itu dan memaksa dia memberitahukan di mana bayi itu disembunyikan. Tetapi penjaga kandang itu bungkam seribu bahasa. Lalu ia ditebas lehernya. Kemudian aku dengar tangisan histeris dari rumah-rumah penduduk. Ternyata tentara melampiaskan kemarahan mereka dengan membunuh semua anak kecil di kota itu. Dari sana-sini terdengar teriakan tangis anak dan jeritan histeris ibu-ibu. Sungguh mengerikan. Segera aku menyelinap ketakutan lari dari kota Betlehem. Di kegelapan malam aku cepat-cepat ke gurun menuju arah Mesir. Sebulan aku tinggal di Mesir. Tidak ada orang yang tahu tentang ayah, ibu, dan bayi Palestina yang mengungsi. Kecewa aku pulang ke Ukraina.
Sebagai gantinya aku mencari bocah-bocah siapa saja yang bisa kuberikan karya lipat kertasku. Begitulah aku singgah di berbagai kotadan negeri. Terkadang aku datang ke panti asuhan atau rumah sakit anak. Aku mendongeng dan bernyanyi. Terus terang, aku juga mencari kesenangan pribadi. Aku mencicipi rupa-rupa ramuan herbal dan makanan lokal. Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui.
Dari Ukraina aku mendengar rupa-rupa laporan tentang Yesus di Palestina. Kata orang, kelompok yang dibenci masyarakat, misalnya etnik minoritas Samaria, justru dibela oleh Yesus. Kelompok yang dicap terkutuk dan najis oleh pemuka agama, misalnya PSK, difabel, lajang, dan Perempuan mandul, justru diundang ke jamuan makan oleh Yesus. Mungkin ini yang dimaksud oleh para majus bahwa raja yang baru lahir itu membuka babak baru peradaban manusia.
Maka aku pun berangkat lagi ke Yerusalem. Heran. Semua orang di Yerusalem bermuram durja. Ada apa? Mereka menjawab, “Yesus dituduh menodai agama. Ia dipidana mati oleh Mahkamah Agama. Di Bukit Golgota!” Bergegas aku ke Bukit Golgota. Ada salib di atas bukit itu. Dijaga tentara Romawi. Banyak orang berkerumun. Aku menyelip maju ke depan. Tubuh Yesus terpaku di salib itu. Kepala-Nya ditusuk lingkaran ranting duri. Di wajah-Nya banyak tetesan darah. Tubuh-Nya memar. Ia menahan rasa nyeri. Di bawah salib ada seorang perempuan setengah baya tak kuasa menahan sedih.
Ia terhuyung-huyung dipapah oleh seorang lelaki muda berwajah lembut. Lalu sambil mengerang kesakitan Yesus menatap kedua orang itu dan berkata, “Ibu, inilah putramu! Inilah ibumu!” Tak lama kemudian kepala Yesus terkulai. Tiba-tiba langit menjadi gelap gelita. Petir menyambar. Tanah digoyang gempa. Bukit-bukit batu di sisi kiri terbelah. Semua orang lari tunggang langgang.
Andar Ismail