
Renungan Minggu GKI Samanhudi
Masa Lalu Bukanlah Masa Sekarang
Kita tentu familiar dengan istilah “darah biru”, kata ini mau menjelaskan tentang seseorang yang memiliki keturunan yang tertata, jelas siapa orang tuanya, Keturunannya terhormat, dan biasanya merupakan seorang keturunan bangsawan. Seorang “darah biru” biasanya akan lebih dihormati dan disegani oleh orang lain, hal ini tak menutup kemungkinan bahwa orang yang memiliki “darah biru” akan mendapatkan “keistimewaan” karena status dan nilai tersebut. Kita hidup dimana orang lebih menghargai sebuah status bukan kapabilitas seseorang, secara terang-terangan kita menormalisasi sebuah nepotisme. Tanpa disadari juga kita mudah melihat masa lalu atau garis keturunan menjadi factor utama dalam menilai keberhargaan seseorang. Apakah seseorang yang tidak mempunyai status istimewa atau garis keturunan yang baik biasa saja sudah pasti memiliki nilai yang tidak berharga dan tidak layak ? apa tidak ada cara lain untuk menunjukan bahwa dirinya berharga sekalipun masa lalunya sudah suram?
Dalam Hakim-hakim 11:1-11 ada seorang prajurit yang gagah berani & perkasa, namun punya masa lalu yang kelam yang bernama Yefta. Ia lahir dari seorang perempuan sundal (pelacur), karena hal ini Yefta akhirnya dibuang karena keluarganya tidak ingin dia dapat bagian warisan. Akhirnya Yefta hidup luntang-lantung hingga menjadi perampok. Sungguh malang nasib Yefta karena menjadi korban kehidupan ayahnya yang bermoral rendah & karena ketidakadilan keluarganya Yefta-pun harus hidup menjadi perampok dan menerima stigma yang terkenal jelek di masyarakat. Masa lalu Yefta bisa dibilang hancur dan mungkin sudah dianggap tidak punya masa depan yang baik. Pada saat itu bangsa Israel sedang mengalami hukum Tuhan, mereka mengalami penindasan dari suku Filistin & Amon (hakim 10:7). Pemerintahan bangsa israel waktu itu belum dipimpin oleh raja dan untuk beberapa wilayah masih dipimpin oleh seorang hakim. Para tua-tua saat itu tak punya pilihan lain selain Yefta yang mampu memimpin mereka untuk mengalahkan Amon.
Allah kerap kali merendahkan orang yang ingin ditinggikan. Namun Allah juga meninggikan orang yang dianggap dibuang. Yefta pada saat itu tidak menyimpan dendam dan dendam tidaklah menguasai hatinya. Ia tahu bahwa kalaupun ia berhasil mengalahkan bani Amon, itu terjadi karena Tuhanlah yang memberikan kemenangan (9). Maka Yefta membawa seluruh masalah itu kepada Tuhan (11). Yefta bukanlah seorang yang mengandalkan kekuatannya. Ia juga tidak membutuhkan pengakuan atas kemampuannya. Ia hanya perlu Tuhan untuk mengukuhkan identitas diri dan segala tindakannya. Yefta lebih sadar akan keberadaan Allah dan mau berserah pada-Nya. Allahlah yang berperan besar dalam membersihkan dan menolong Yefta untuk memulihkan status kehidupannya yang tadinya sudah rusak.
Melihat Yefta, kita sadar bahwa latar belakang kehidupan baik keturunan, orang tua, maupun masa lalu tidak bisa menjadi satu-satunya alasan bagi orang untuk menilai seseorang. Jangan menyalahkan masa lalu atau menyalahkan kondisi keluarga atas keadaan kita pada masa kini. Pilihan ada pada kita yang mau larut dalam masa lalu atau bangkit bertekad untuk mau diubahkan oleh Tuhan, sehingga pada nantinya pemulihan akan nyata. Kisah Yefta mengajarkan sebuah pokok penting tentang panggilan Tuhan dan cara manusia merespons. Seandainya Tuhan memilih kita untuk melaksanakan tugas mulia, sebaiknya bersikaplah dengan cara yang sama seperti Yefta yakni siap dan berserah. Jangan sampai kita mengandalkan kekuatan sendiri atau memikirkan apa yang dipikirkan oleh orang lain. Namun kita tetap harus rendah hati dengan mengingat bahwa status kita dari dulu, sekarang, dan masa yang akan datang hanyalah alat bagi tujuan dan kemuliaan-Nya. Walaupun ada penolakan dan permusuhan dari dunia, mari kita merespons panggilan Tuhan dengan segala kerendahan hati dan ketaatan.
Pnt. Abdi Sabda Winedar
Renungan Minggu GKI Samanhudi lainnya
Merendah Tapi Tinggi di Mata Tuhan
Masa Lalu Bukanlah Masa Sekarang
Waspada dan Sadar

Jl. H. Samanhudi No. 28, Jakarta 10710
021 – 344.8780
021 – 384.4553 / 344.8779 – 1
021 – 380.3229
gkisamanhudi.sekretariat@gmail.com
gkisamanhudi.bag.umum@gmail.com
PERSEMBAHAN

Bank Mandiri
119-0002011714
Cabang Krekot a.n GKI Jabar Samanhudi
BCA
001.303.3398
Cabang Asemka a.n GKI Jabar
Atau Scan QR code untuk M-Banking BCA
Persembahan untuk pembangunan gedung
BCA
001.303.6761
Cabang Asemka a.n GKI Jabar
