
Setiap orang pernah punya rasa takut. Manusia tidak pernah lepas dari ketakutan. Bahkan, seringkali yang melandasi perkataan, tindakan, dan keputusan manusia adalah ketakutan. Misalnya, keluarga yang memilih untuk menghabiskan liburan di rumah saja, karena takut nanti uangnya habis dan mereka tidak sanggup memenuhi kebutuhan lainnya. Ada juga orang tua yang bertengkar dengan anak remajanya soal jam pulang malam. Ada juga anak remaja yang khawatir kehilangan teman, takut tidak Up-to-date dengan pergaulan seusianya. Namun, apakah ketakutan dan kekhawatiran ini menunjukkan ketidakpercayaan atau kekurang berimanan seseorang?
Pada satu titik, rasa takut itu baik. ‘Ketakutan’ adalah emosi yang disebabkan oleh ancaman yang dirasakan. Ini adalah emosi alami manusia. Ini adalah pemberian Tuhan. Ini adalah mekanisme dasar dalam bertahan hidup. Ketakutan membuat kita tetap hidup. Hal tersebut melindungi kita dari bahaya. Namun, ada juga yang namanya ketakutan yang tidak baik. Kata Yunani yang biasa digunakan dalam Perjanjian Baru adalah fobos. Dari kata fobos ini kemudian menjadi kata ‘fobia’. Ini adalah ketakutan yang berlebihan dan ketakutan tidak baik. Ketakutan yang tidak proporsional dengan bahaya yang ditimbulkan. Ini adalah ‘False Evidence Appearing Real’. Dimana terjadi ketika ada bahaya, kita kemudian melebih-lebihkan bahaya tersebut dan meremehkan kemampuan diri sendiri untuk mengatasinya.
Ketakutan adalah bagian dari proses beriman. Bukan berarti bahwa dengan beriman, ketakutan akan lenyap seketika. Beriman berarti menghadapi ketakutan itu dengan percaya kepada Allah yang terus memelihara kehidupan dan memberikan kekuatan untuk melewati ketakutan dan kekhawatiran. Memang kadang kala ketakutan dan kekhawatiran dapat menguasai kehidupan seseorang, melemahkan iman, sehingga timbul keragu-raguan, bahkan gugatan-gugatan kepada Allah. Sebaliknya, ketakutan dan kekhawatiran yang dihadapi dengan iman membawa manusia kepada pengharapan, penyerahan diri, bahkan keraguan dan ketakjuban akan kuasa Allah.
Teks Injil minggu ini berkisah tentang Yesus yang menegur murid-muridNya karena mereka takut dan tidak percaya saat badai topan melanda perahu mereka. Teguran Yesus ini sekilas menunjukkan bahwa ketakutan adalah lawan dari iman. Namun, penggalian teks Injil minggu ini ingin melihat proses beriman yang tidak luput dari ketakutan dan kekhawatiran. Dengan pengayaan dari teks bacaan pertama, kita juga akan belajar memahami bahwa Allah memelihara ciptaan-Nya dalam segala keadaan, serta untuk percaya pada penyertaan Allah dalam menghadapi ketakutan dan kekhawatiran, sehingga ketakutan itu dapat bertransformasi menjadi kekaguman dan penghormatan kepada Allah.
Pdt. Peter Abet Nego