
Pada zaman Yesus, Israel sedang berada dalam penjajahan kekaisaran Romawi, yang tentu saja membutuhkan seorang pembebas dari penjajah. Yesus yang saat itu tampil dengan penuh kuasa, banyak melakukan mukjizat, membuat orang kagum dan berharap agar Yesus mengusir penjajah. Banyak orang Israel memandang, bahwa Yesus pantas menjadi raja dan pemimpin mereka. Yesus digoda untuk memilih, menyelamatkan Israel dari penjajahan Romawi dan menjadi raja di dunia secara politis, atau Dia memilih untuk meneruskan misi penyelamatan-Nya dengan mati di atas kayu salib untuk manusia berdosa.
Di dalam Lukas 13:33, Yesus berkata, “Tetapi hari ini dan besok dan lusa, Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem.” Ketika mendengar kabar bahwa Yesus hendak dibunuh, Dia tidak mundur melainkan meneruskan perjalanan-Nya. Dalam berjuang untuk taat kepada kehendak Allah, Yesus tak luput dari godaan untuk melupakan misi penyelamatan-Nya sebagai Juruselamat dunia. Menyelamatkan dunia dan orang berdosa.
Yesus menghadapi pergumulan antara melaksanakan misi penyelamatan dan mengalami kematian secara hina seperti “penjahat” yang disalib? Atau Dia bebas dari kematian dan mengikuti nasihat dan pesan orang-orang Farisi agar Yesus tidak ke Yerusalem karena Herodes akan membunuh-Nya?
Seperti yang ditulis dalam Lukas 13:31, “Pada waktu itu datanglah beberapa orang Farisi dan berkata kepada Yesus: “Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh Engkau.” Ternyata Yesus tidak takut dibunuh, Dia memilih untuk meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem. Dia dengan tegar tetap melakukan misi Allah, taat kepada kehendak Bapa walau harus mati di atas kayu salib.
Yesus terus pantang mundur melaksanakan misi itu walaupun ada “harga” yang harus dibayar dengan kematian-Nya. Ketika Yesus berkata, “harus meneruskan perjalanan-Ku,” artinya tak boleh mundur walau harus menghadapi dan mengatasi persoalan berat antara hidup dan mati. Ungkapan tersebut bukan berarti pemaksaan atau “terpaksa” tetapi sebagai “motivasi” untuk berjuang, taat dan setia, bahwa semua dapat dijalani walau berat. Maka, sesungguhnya setiap kita pun memiliki misi untuk taat dan setia kepada kehendak Bapa.
Dalam Alkitab banyak tokoh yang berjuang untuk taat kepada kehendak Allah antara lain rasul Paulus yang telah berusaha meneladani Yesus. Paulus berkata, “Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup kekal.” Saat itu, dalam mewartakan Injil Kerajaan Allah, Paulus ditolak, dipenjara, didera, hendak dibunuh dan menghadapi berbagai bahaya di gurun maupun di laut tetapi dia tetap taat dan setia. Dia pun berkata, “aku telah mengakhiri pertandingan yang baik… aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman…” (2 Tim 4:6-8)
Di tengah perjuangan sebagai orang beriman, ketika menghadapi berbagai pergumulan, kita sering digoda, yang membuat iman bisa goyah dan hidup kita pun bisa menyimpang dari kehendak Allah. Namun, apapun pergumulan kita, misi kita sebagai orang beriman, tak boleh menyerah. Kita harus berjuang untuk taat dan setia kepada kehendak Allah seperti yang telah diteladankan Yesus dan Paulus. Marilah kita hidup dengan terus “menyangkal diri” kita.
Pdt. Em. Iwan Tri Wakhyudi