Setiap orang pada dasarnya senang dikasihi dan mengasihi. Jika hanya satu pihak saja yang mengasihi, tentu akan membuat relasi yang ada terasa tidak nyaman. Kasih yang ideal adalah kasih yang diungkapkan dalam relasi kedua belah pihak. Kasih yang nyata tentulah perlu dinyatakan baik lewat perkataan dan perbuatan. Tidak cukup orang mengatakan kasih, tetapi tidak ada perbuatan kasihnya.
Demikian sebaliknya, orang yang berupaya menyatakan kasih, namun tidak pernah mengungkapkan lewat perkataan, juga akan terasa ada yang kurang. Berbagai upaya akan dilakukan orang untuk mengungkapkan perasaan kasih, baik lewat perkataan dan perbuatan.
Dalam pemberitaan Firman minggu ini juga terkait dengan tema kasih, yaitu: Tuah kata kasih. Apa yang dibayangkan ketika mendengar kata ‘tuah’? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘tuah’ mengandung makna kekuatan berkat yang mendatangkan kebahagiaan dan keselamatan. Kata ‘tuah’ juga senada dengan nasihat kasih yang disampaikan Yesus kepada murid-murid-Nya.
Apa yang menjadi tuah kata kasih sebagaimana diucapkan oleh Tuhan Yesus? Tuah kata kasih yang disampaikan Yesus dalam Yohanes 13:31-35 berisi kekuatan dan bimbingan hidup dalam kasih. Karena itu, Tuhan Yesus berpesan, “Aku memberimu perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi”. Kekuatan kasih yang diajarkan Yesus pada murid-murid-Nya adalah kasih yang bersumber dari Dia sendiri.
Setiap orang yang mengalami kasih-Nya dan mau hidup di dalamnya akan merasakan kasih dan mampu membagikan kasih kepada sesama, siapapun itu. Para murid Yesus harus mengasihi setiap orang apapun latar belakangnya, bahkan kepada mereka yang yang memusuhi sekalipun.
Keteladanan Petrus, seperti yang ditulis dalam Kisah Para Rasul 11:1-8 menjadi contoh penerapan tuah kata kasih. Di hadapan banyak orang Petrus menuturkan pengalaman dikasihi. Baginya kasih menjadi prinsip yang tidak dapat diganti dengan apapun. Petrus dibimbing oleh Yesus yang bangkit kepada Kornelius. Petrus kemudian membaptiskan Kornelius. Kornelius yang adalah orang Itali dipandang kafir/najis oleh orang Yahudi pada saat ini, meskipun demikian Petrus yang bersedia membaptiskan Kornelius.
Dari kisah dalam Injil Yohanes dan Kisah Para Rasul tersebut, kita dapat melihat diri kita masing-masing. Apakah kasih sudah menjadi kebiasan dalam hidup sehari-hari? Kiranya kita dapat menghadirkan kasih yang nyata baik dalam perkataan dan perbuatan. Kasih yang telah kita terima dari Kristus, kasih itulah yang kita salurkan kepada sesama dan orang lain, bahkan kepada orang yang memusuhi kita.
Pdt. Peter Abet Nego