sentuhan-kasih-allah

Pandemi telah menghilangkan salah satu hal terdahsyat dalam hidup manusia, yakni sentuhan. Sentuhan dianggap menjadi sarana penularan penyakit. Karena itu jabat tangan hangat diganti dengan namaste, tepukan di pundak diganti dengan lambaian; dan pelukan diganti dengan doa online. Kini ketika pandemi telah berlalu, masih banyak orang yang enggan berjabat tangan, menepuk, dan memeluk. Sentuhan fisik juga dikaitkan dengan persetujuan, sebab jika tidak, akan dipandang sebagai pelecehan. Sentuhan dipandang sebagai sumber bencana.

Berbeda degan kisah yang tergambarkan dalam Markus 1:29-39. Sentuhan menjadi sebuah hal yang menakjubkan. Pada awal pelayanan Yesus di daerah Galilea begitu banyak orang yang datang kepada Yesus untuk disembuhkan dari sakit penyakit. Salah satu cara dalam menyembuhkan orang yang sakit adalah menyentuh orang yang sakit itu. Pada saat itu sentuhan adalah hal yang tidak biasa. Orang yang

sakit dipandang sebagai orang yang berdosa dan tidak kudus. Jadi, ketika Yesus menyentuh orang sakit, masyarakat akan memandang Yesus sebagai orang yang turut berdosa. Yesus jelas mengetahui akan hal tersebut, namun kuasa Yesus melebihi kuasa penyakit dan dosa. Meskipun Yesus dapat dipandang sebagai orang yang tidak mematuhi hukum kekudusan, namun kasih Yesus kepada orang-orang yang sakit, jauh lebih besar dari pada risiko dibenci oleh masyarakat.

Sentuhan Yesus adalah dimensi sentuhan ilahi yang memulihkan, melegakan, membangkitkan, memberi kesembuhan dan bahkan menggerakkan orang untuk melayani dengan segenap hati. Allah hadir, menyingkapkan diri-Nya di tengah dunia untuk menyentuh dan membangkitkan. Dengan cinta dan sentuhan Allah, umat beroleh kekuatan baru seperti burung rajawali yang terbang di atas badai. Dengan kehadiran dan sentuhan Kristus, ibu mertua Petrus bersyukur dengan cara melayani dengan tulus. Melalui perjumpaan iman dengan Kristus, Petrus tersentuh dan memberikan dirinya secara total bagi pekabaran Injil. Kehadiran pelayanan Yesus di Galilea bukan tanpa tujuan, namun ada sebuah misi yang hendak dinyatakan, yaitu menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah. Yesus sedang menghadirkan kerajaan Allah di dunia ini dengan nyata. Apa yang Yesus lakukan adalah pemenuhan dari nubuat nabi Yesaya tentang tahun rahmat Tuhan.

Apa karya pelayanan Yesus berakhir ketika Ia sudah menyembuhkan banyak orang? Tentu tidak. Yesus memanggil kita untuk turut dalam karya pelayanan-Nya yang menghadirkan kerajaan Allah di dunia ini. Marilah kita mengimani Allah yang tak berjarak dengan pergulatan hidup kita. Sebaliknya, kuasa dan kedaulatan-Nya tak berujung pada pendekatan kekuasaan, dominasi dan manipulasi, melainkan kekeluargaan, solidaritas dan persekutuan. Dengan itu, kita dipanggil untuk mengimani, mengalami, dan melanjutkan sentuhan kasih Allah bagi seluruh semesta, agar Injil Kerajaan Allah makin dirasa dan mengubah dunia.

Dunia butuh sentuhan kasih Allah. Keluarga, rekan kerja dan masyarakat butuh sentuhan agar kerajaan Allah nyata. Mari kita hadirkan sentuhan kehidupan! Gereja yang ramah adalah gereja yang rajin menghadirkan sentuhan kasih Allah.

Pdt. Peter Abet Nego

Renungan lainnya