salah-siapa

Dalam situasi seperti sekarang ini banyak keluhan terdengar di sana-sini. Ada keluhan yang datangnya dari seorang ibu rumah tangga;’betapa sulitnya hidup ini’ semakin hari semakin berat. Ada keluhan dari seorang karyawan perusahaan yang kena PHK; ada keluhan dari pedagang/penjual makanan, karena peraturan yang ada membuat omzetnya sangat menurun drastis. Ada banyak lagi keluhan, bahkan bisa menjadi ‘jeritan’ karena situasi di berbagai segi/bidang kehidupan (social, ekonomi,kesehatan) menjadi berantakan karena virus Corona.

Mengapa semua ini terjadi, apakah Tuhan sedang ‘menghukum’ seisi manusia di bumi ciptaan-Nya ini? Apa salahnya? Siapa yang salah? Begitu kira-kira pertanyaanpertanyaan yang muncul. Mungkin ada banyak orang mengatakan, ’sabar sajalah, Tuhan pasti tidak bermaksud buruk dengan semua yang terjadi ini’, suatu saat kita akan tahu bahwa semua penderitaan ini baik bagi kita’. Kalimat atau kata-kata ini seakan mau mengatakan bahwa Tuhanlah yang paling bertanggung jawab atas segala kesusahan dan penderitaan.

Semua ini terjadi atas ‘kehendak-Nya atau minimal atas ‘restu-Nya’. Semua itu (penderitaan/ kesusahan) diberikan Tuhan kepada kita manusia; sebagai ‘teguran’, atau juga sebagai ‘cobaan’, untuk membuat hidup kita menjadi lebih baik. Pandangan ini sepertinya mau mengatakan bahwa Allah Maha Kuasa, sehingga segala sesuatu terjadi atas kehendak-Nya. Namun pandangan ini bisa mengatakan bahwa Allah adalah Allah yang kejam dan tidak berprikemanusiaan.

Memang di Alkitab dalam beberapa bagiannya terlihat seperti mendukung pandang/pernyataan seperti itu; semua kesulitan/penderitaan adalah karena kesalahan dan dosa manusia. Para Nabi pun banyak mengingatkan umat Allah bahwa mereka dihukum karena telah meninggalkan dan membelakangi Allah. Apakah semua ini sungguh demikian? Apakah kemalangan/penderitaan adalah otomatis karena kesalahan’dosa’ yang diperbuatnya?

Kisah Kain dan Habel, memperlihatkan kemalangan yang terjadi; ada yang karena dosanya sendiri,ada yang karena ulah orang lain. Kain memang mengalami kesusahan karena dosanya sendiri, sehingga ia harus menjadi ‘pelarian’. Tetapi Habel terbunuh dan darahnya berteriak-teriak, bukan karena salahnya sendiri, melainkan karena perbuatan orang lain. Apa yang dialami oleh Kain dan Habel, memperlihatkan/ mencerminkan dua jenis kemalangan yang dialami oleh manusia. Ada yang menderita karena kesalahannya sendiri; ada yang menderita karena/akibat kesalahan orang lain. Apakah semua itu karena Tuhan menghendakinya? Apakah pembunuhan Kain atas Habel, Tuhan menghendakinya? Jelas itu tentu bukan atas kehendak-Nya, Allah bahkan menuntut pertanggungjawaban Kain. Allah menciptakan dunia dengan segala isinya ini ‘sungguh amat baik’ dan itulah ‘kehendak-Nya’. Namun Allah meciptakan manusia tidak seperti robot yang sudah diprogram dan tinggal melaksanakan kehendak-Nya. Tetapi Allah menciptakan manusia sebagai ‘mahluk’ yang memiliki kebebasan; untuk mengikuti kehendak-Nya atau menolak kehendak-Nya. Karena itu tidak semua yang terjadi dalam hidup ini adalah ‘kehendak-Nya.

Banyak peristiwa yang terjadi di dunia ini tidak selalu adalah ‘kehendak-Nya’. Misalnya peperangan yang terjadi, bencana alam, kejahatan yang sadis dan kecelakaan lalu lintas. Jelas itu bukan kehendak Allah; ada yang karena kerakusan manusia, kesombongan manusia, kekejaman manusia dan kesewenang-wenangan manusia. Itu jelas tentu bukan kehendak Allah. Tetapi semua itu telah terjadi dan terus terjadi di dunia ini.

Timbul pertanyaan; kalau Allah Maha kuasa, mengapa Dia tidak mencegah semua kejadian buruk yang menimpa manusia? Apakah Allah tidak dapat mencegahnya? Apakah kuasa Allah tak dapat mengalahkan virus Corona? Mengapa Allah membiarkan semua kehancuran terjadi akibat virus Corona yang berbahaya itu? Salah siapa? Semua ini tidak selalu dapat dijelaskan sehingga dapat memuaskan semua pihak. Yang kita perlu tahu dan sadari adalah bahwa meskipun sepertinya Allah ‘diam’, sesungguhnya Dia tetap bekerja dalam segala daya upaya manusia ‘mengalahkan’ virus Corona dan menemukan ‘jalan keluar’ yang baik. Allah memang ‘tidak menyetir’ manusia, tetapi Ia senantiasa ‘mendampingi’, memberi kekuatan dan kemampuan untuk mengatasi masalah yang ada.

Karena itu tak ada habisnya kita bertanya tentang salah siapa situasi seperti sekarang ini di dunia. Allah akan senantiasa menolong dan melindungi; seperti Ia tetap menolong dan memelihara Kain yang ditimpa kemalangan karena perbuatannya sendiri. Kebaikan/kemurahan Allah tidak selalu diwujudkan dengan cara melenyapkan segala kesusahan (termasuk wabah penyakit) di dunia ini. karena itu,tiap orang bisa saja mengalami penderitaan/kemalangan. Namun kebaikan/kemurahan Tuhan diwujudkan-Nya dengan/dalam bentuk ‘kesediaan-Nya untuk menolong dan menopang setiap orang yang berseru kepada-Nya. Daripada berdebat mencari siapa yang salah, lebih elok jika kita senantiasa menaruh percaya kepada Allah yang tak akan meninggalkan kita dalam situasi seperti sekarang ini.

Pdt. Em. Setiawan Oetama

Renungan lainnya