
Hidup adalah rangkaian keputusan. Setiap hari kita menghadapi ratusan pilihan. Beberapa di antaranya sederhana, beberapa di antaranya sulit. Banyak di antaranya bahkan tidak kita pikirkan. Namun, secara kumulatif, pilihan-pilihan itu sebagian besar berpengaruh pada bagaimana cara kita menjalani hidup, cara orang memandang kita, dan seberapa kita mengembangkan diri dan kehidupan yang dijalani. Kualitas hidup yang dijalani bergantung pada keputusan yang kita buat. Keputusan yang baik membutuhkan pertimbangan antara logika dan intuisi, serta harus sejalan dengan nilai-nilai spiritual dan pribadi. Setiap keputusan memiliki tujuan di baliknya. Dengan lebih dulu memahami tujuan yang ingin dicapai, kita dapat lebih selektif dalam mengidentifikasi berbagai faktor dan fokus pada pilihan yang membawa manfaat jangka panjang
Berkaitan dengan tindakan memilih, David Freemantle, melalui karyanya How To Choose, mengangkat tiga hal penting yang perlu diperhatikan setiap kali seseorang diperhadapkan dengan pilihan. Ia menandainya dengan istilah “HOW”.
H – Hesitate (berhenti sejenak; pertimbangan)
Dengan berhenti sejenak, seseorang diajak untuk tidak memilih secara impulsif. Waktu jeda ini memungkinkan kita memikirkan segala sesuatu secara menyeluruh, memastikan setiap opsi telah dipertimbangkan dengan baik, serta memberi kesempatan untuk mendengarkan intuisi dan mengevaluasi perasaan pribadi yang mungkin bias atau samar.
O – Outcome (Memikirkan hasil atau dampak)
Tahap selanjutnya adalah memberi perhatian pada hasil akhir atau konsekuensi dari keputusan yang dipilih. Freemantle menyarankan agar kita mengenali dan membayangkan kemungkinan hasil dari setiap opsi. Dengan mempertimbangkan outcome secara realistis, kita menjadi lebih siap untuk menghadapi dampak positif maupun negative dari setiap pilihan. Pendekatan ini juga membantu kita menghindari opsi yang mungkin tampak baik di permukaan, tetapi memiliki risiko atau konsekuensi jangka panjang yang merugikan.
W – Way (Menemukan Jalan atau Metode Terbaik)
Menetapkan cara terbaik untuk mencapai pilihan yang diambil merupakan langkah selanjutnya. Di sini kita harus membuat rencana tindakan yang jelas dan terarah berdasarkan keputusan yang telah diambil. “Way” merujuk pada langkah-langkah nyata dan metode yang akan diikuti untuk mencapai tujuan, dengan tetap menjaga fleksibilitas agar dapat beradaptasi jika situasi berubah.
“HOW” ala Freemantle dapat diaplikasikan tidak hanya dalam kehidupan sehari-hari secara sosial, tetapi juga berguna dalam kehidupan spiritual (hidup beriman). Ada begitu banyak pilihan untuk menjaga komitmen dengan Tuhan dalam hidup beriman. Oleh karena itu pertimbangan, dampak dan bagaimana menjalaninya menjadi penting.
Salah satu kisah tentang memilih, datang dari Yosua di akhir hidupnya. Ia berhadapan dengan orang Israel yang telah begitu banyak mendua terhadap Allah. Dalam pidato perpisahannya, Yosua tidak hanya mengajak Israel untuk memilih, tetapi juga menantang dan mendorong untuk memilih Allah yang telah membebaskan mereka dari Mesir. Sebagai penegasan, Yosua mengambil sikap bagi diri dan keluarganya. Yosua 24:15 menyaksikan pilihan Yosua, “…Tetapi aku dan seisi rumahku , kami akan beribadah kepada TUHAN!”. Yosua berhenti sejenak dan mempertimbangkan bahkan memberi pertimbangan bagi umat Israel. Dalam hal ini umat juga diajak memikirkan dampak dari pilihan untuk memilih untuk tetap setia pada Allah atau tidak.
Setiap keputusan, besar atau kecil, adalah kesempatan untuk membentuk masa depan kita dengan cara yang positif. Melalui kesadaran diri dan pemahaman terhadap nilai-nilai pribadi, terlebih keyakinan dan keberserahan pada Tuhan, kita dapat membuat pilihan yang lebih bijak dan penuh makna. Hal ini berdampak pada kepuasan dan kebahagiaan dalam hidup. Melalui semua upaya ini, kiranya kita dapat menjadi lebih sadar dalam setiap pilihan yang diambil, serta mampu menciptakan dampak positif bagi diri sendiri dan orang lain.
Pdt. Semuel Akihary