lahir-baru

Lahir baru adalah salah satu bagian dalam proses beriman. Namun nyatanya ada banyak orang yang sering kali menitikberatkan ini (hanya) dengan kejadian tertentu di satu waktu. Misalnya, mengalami lahir baru saat KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani), KPI (Kebaktian Penyegaran Iman), baptis/sidi, atau saat ada kejadian-kejadian yang dianggap fenomenal dan menjadi titik balik kehidupannya. Pemahaman inilah yang menjadi dasar bagi pertanyaan-pertanyaan tertentu seputar lahir baru, “Kapan kamu lahir baru?”, “Pada momen apa lahir baru itu kamu rasakan?” “Kejadian apa yang membuat kamu lahir baru? dan lain sebagainya. Menitikberatkannya dengan kejadian tertentu di satu waktu membuat lahir baru pada akhirnya sering dihayati sebagai momentum yang “hanya terjadi 1 kali” dalam hidup orang beriman. Tidak lebih. Padahal lahir baru adalah proses beriman yang sifatnya utuh dan menyeluruh, lebih dari sekadar disentuh hatinya pada momen tertentu.

Lahir baru adalah proses saat seseorang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya dalam hidupnya. Tentu proses itu tidak berhenti sampai disitu saja. Proses ini haruslah dilanjutkan atau dibarengi dengan kesadaran untuk meninggalkan kehidupannya yang lama dan masuk dalam kehidupan baru yang didasarkan kepada Tuhan. Saat lahir baru, orang diharapkan memproses dirinya secara serius agar tidak lagi jatuh dan menghamba pada hal-hal lain di luar Tuhan. Dalam bingkai keutuhan yang menyeluruh, pada akhirnya kita akan mengalami tantangan yang luar biasa saat menjalani hidup baru karena prosesnya memang tidak segampang membalikkan telapak tangan. Oleh karena itu dibutuhkan komitmen dan konsistensi dalam melakukannya. It’s okay kalau kadang masih jatuh, tapi tanamkan dalam diri aku tidak bisa jatuh terus menerus. Nggak apa-apa gagal dalam prosesnya, yang penting mau terus bangkit dan mencoba; semakin baik dari hari ke hari. Dengan demikian, dari hari ke hari, semakin lama berproses, semakin dibaharui-Nyalah kita.

Proses pembaruan (entah itu lahir baru atau hidup baru) itu tidak bisa hanya dititikberatkan pada kejadian tertentu saja. Itu haruslah dikerjakan terus menerus dalam kesadaran yang penuh. Jadi kalau suatu hari ada yang bertanya, “Kapan kamu lahir baru?” dan kita nggak benar-benar ingat kapan itu terjadi, ya tidak apa-apa. Yang penting kita berproses ke arah sana secara sadar. Jangan sampai mengaku lahir baru, tapi masih berkubang di hidup yang lama.

Pdt. Maria W. Sindhu

Renungan lainnya