keindahan-dalam-kedisiplinan

Pernahkah anda menyaksikan sebuah pertunjukan musik klasik, khususnya chamber musik yang dimainkan oleh kelompok kecil? Keindahannya bukan hanya terdengar di telinga, tetapi terasa menyentuh hati. Setiap nada dimainkan dengan presisi, setiap pemain tahu akan peran masing-masing; kapan harus masuk, kapan harus diam. Tak ada yang mendominasi, semua berfungsi dalam keselarasan. Mengapa? Karena mereka disiplin. Masing-masing membaca partitur, menjaga tempo, saling mendengarkan, latihan berulang kali, dan tunduk pada arahan konduktor atau bahkan pemimpin kelompok yang tidak selalu terlihat menonjol.

Kelompok chamber ini mengingatkan saya kepada landasan firman Tuhan dalam Roma 12:4-5, “Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama; demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing Adalah anggota yang seorang terhadap yang lain.” Jadi sebetulnya, bukan hanya musik klasik, melainkan kita pun dipanggil bukan hanya untuk “bermain” sendiri-sendiri, melainkan menjadi bagian dari satu tubuh, di bawah pimpinan Kristus.

Dalam Roma 12, Rasul Paulus mengingatkan bahwa kita semua Adalah anggota tubuh Kristus, masing-masing dengan peran yang berbeda. Tidak semua orang tampil di depan, tidak semua menjadi “soloist”. Tapi setiap bagian penting. Bahkan bagian yang paling tersembunyi, jika tidak menjalankan fungsinya, dapat mempengaruhi semua orang. Agar tubuh ini bisa bekerja dengan baik, dibutuhkan kedisiplinan. Disiplin rohani bukan hanya soal berdoa tiap pagi atau membaca Alkitab rutin, meskipun itu bagian penting, melainkan juga soal kerelaan untuk taat kepada Tuhan dan hidup dalam harmoni dengan sesama orang percaya. Layaknya musisi dalam chamber:

  • Kita perlu mendengarkan satu sama lain, bukan hanya mau berbicara.
  • Kita harus tahu peran kita dan berlatih dengan tekun di tempat yang Tuhan percayakan.
  • Kita harus peka terhadap arah Kristus, percaya, dan taat kepadaNya.
  • Kita harus menahan ego, karena dalam harmoni, tidak ada tempat bagi yang ingin menonjol sendiri.

Yesus adalah Sang Pemimpin dalam kehidupan kita. Ia tahu tempo yang pas, dinamika yang tepat, dan kapan setiap bagian hidup kita “masuk”, “istirahat”, dan “berhenti”. Saat kita belajar taat pada-Nya, hidup kita tidak hanya menjadi baik secara pribadi, tetapi juga mengisi, melengkapi, dan memperkaya orang lain. Keindahan tercipta bukan karena pemain yang hebat secara individual, tapi karena mereka bermain bersama, dalam keselarasan, dan ketaatan pada Yesus, Sang Dirigen Agung.

TPG Florence R.R. Hasibuan

Renungan lainnya