
“Bengawan solo, riwayatmu ini .. sedari dulu jadi perhatian insani.
Apakah ada yang familiar dengan syair di atas? Syair di atas merupakan lagu Bengawan Solo yang diciptakan oleh Gesang Martohartono pada tahun 1940 yang sejak awal ditulis dan dibawakan dalam gaya keroncong.Apa itu Keroncong? Nama musik ini mungkin terdengar kuno bagi sebagian orang. Tapi di balik kekunoan dan kesederhanaan, ada kekuatan yang besar: kekuatan untuk menghibur, menguatkan, dan mempersatukan. Musik keroncong lahir dari masa penjajahan, perpaduan budaya Portugis dan lokal Indonesia (abad ke-17), dan dari rakyat kecil yang hidup dalam keterbatasan. Alat yang digunakan sederhana, seperti biola, dan cak-cuk (ukulele). Nada-nada yang dihasilkan juga sederhana, namun dari yang terbatas itulah, lahir harmoni yang menghangatkan hati banyak manusia hingga saat ini.
Bukankah hidup kita juga sering terasa seperti keroncong? Serba terbatas. Kadang kita merasa tidak cukup pintar, tidak cukup punya waktu, tidak cukup berani, atau tidak cukup layak untuk dipakai Tuhan. Rasul Paulus juga pernah merasa demikian. Saat ia bergumul dengan “duri dalam daging”, sesuatu kelemahan atau penderitaan yang tidak dijelaskan secara spesifik, tapi cukup menyakitkan baginya membuat ia memohon kepada Tuhan sebanyak tiga kali agar Tuhan mengangkatnya.
Namun, Tuhan tidak menjawab dengan mujizat penyembuhan. Tuhan menjawab dengan: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” – 2 Korintus 12:9 Tuhan tidak menghilangkan kelemahan itu. Tuhan memakai kelemahan itu untuk menyatakan kuasa-Nya. Kuasa Allah bukan hanya bekerja saat kita kuat, tapi justru paling nyata saat kita lemah, saat kita menyadari bahwa tanpa Tuhan, kita tidak bisa apa-apa. Di balik kekurangan, Tuhan menghadirkan keindahan.
Pada Minggu pertama bulan Seni 2025 ini, kita akan beribadah dan bernyanyi dengan aransemen keroncong yang lahir dari keterbatasan. Kiranya dari alunan yang ada, kita dapat menikmati jalannya ibadah, mensyukuri, menghayati, dan terlebih lagi semakin meyakini bahwa Tuhan betul-betul hadir di dalam setiap keterbatasan. Tuhan mengasihi kita semua.
TPG Florence R.R. Hasibuan