roh-tuhan-pembaru-segala-ciptaan
(Renungan dari Mazmur 104)

“ Apabila Engkau mengirim roh-Mu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi.” (Mazmur 104:30)

Bulan lalu Warga Kenya heboh. Pasalnya, Polisi menemukan mayat 109 anggota sekte hari kiamat terkubur setelah berpuasa sampai mati kelaparan. Mereka adalah pengikut pendeta Paul Nthege. Ia berhasil meyakinkan para pengikutnya bahwa kiamat sudah tiba. Agar siap bertemu Yesus, para pengikutnya diminta berpuasa, memutuskan hubungan dengan orang luar, serta menolak semua “gaya hidup Barat yang merusak,” yang meliputi pendidikan, olahraga, musik, dan layanan medis. Nthege, yang mengaku diri dapat berkomunikasi langsung dengan Tuhan, menggambarkan Tuhan sebagai sosok yang hanya peduli kepada aspek kerohanian manusia. Tuhan sepertinya tidak senang ketika manusia merayakan kehidupan. Dimatanya, Tuhan itu pro kematian.

Konsep ini tentu sangat bertolakbelakang dengan kesaksian Alkitab tentang Tuhan. Dalam syair Mazmur 104, Tuhan dipuji-puji sebagai Sang Pencipta yang pro kehidupan. Pemazmur menyatakan bahwa segala mahluk dapat hidup karena diberi “nafas” atau “roh” (dari kata Ibrani “ruakh”) oleh Tuhan.

Selama roh/nafas itu belum diambil, setiap mahluk diundang untuk merayakan kehidupan di bumi. Sebab Tuhan bukan hanya mencipta, tetapi juga terus merawat bumi sehingga menjadi tempat yang layak untuk dihuni dan disyukuri oleh seluruh ciptaan-Nya.

Pemazmur mula-mula menggambarkan betapa teraturnya Tuhan menata dunia. Dari mata-mata air di gunung-gunung selalu mengalir air yang memberi kehidupan bagi semua yang dilewatinya. Air memungkinkan tanaman tumbuh dan berbuah; memungkinan hewan dan manusia minum dan melanjutkan kehidupan (ay.10-16). Tuhan juga menata ekosistem rantai makanan sedemikian rupa, sehingga ada cukup makanan bagi manusia dan hewan (ay.25-28). Selain itu, Tuhan juga merancang alam semesta sedemikian teratur sehingga ada waktu dan musim yang tetap. Ada pagi dan malam. Binatang-binatang buas pada umumnya aktif berkeliaran di malam hari, pada saat kita tidur. Sebaliknya, saat hari siang, giliran mereka yang tidur dan kita bekerja. Semuanya ditata demikian agar tidak terjadi benturan. Semua ada gilirannya, sehingga setiap mahluk dapat hidup berdampingan dalam harmoni (ay.19-23).

Pemazmur memandang pengaturan waktu ini sebagai bukti kebijaksanaan Tuhan dalam merawat ciptaan-Nya (ay.24).

Dari kacamata ilmu pengetahuan, penjelasan Pemazmur tentang alam semesta, bumi beserta mahluk hidupnya memang terkesan kuno dan tidak ilmiah. Namun demikian, tujuan Pemazmur adalah doksologis: ia mengajak kita memuliakan Tuhan atas karya Roh-Nya yang terus membarui muka bumi tanpa kita sadari. Ketika kita dapat menikmati buah duren, mangga, dan aneka buah lain setiap kali musimnya tiba, itu bukti bahwa Roh Tuhan terus berkarya membarui bumi dengan membuatnya subur. Ketika kita dapat menyantap berbagai macam ikan dari laut dan sungai, itu pun bukti bahwa Roh Tuhan terus berkarya. Ia membuat ikan-ikan itu tetap generatif; selalu ada ikan-ikan yang baru untuk dimakan.

Orang percaya adalah bait Roh Kudus; tempat Roh Tuhan berkarya dalam membarui ciptaan. Itu sebabnya gereja perlu peduli pada Upaya pelestarian lingkungan. Dipenuhi Roh Kudus adalah dipenuhi dengan kuasa dan semangat untuk membarui bumi. Di hari Pentakosta ini, mari kita jadikan bumi ini tempat yang lebih baik bagi semua ciptaan.

Pdt. Juswantori Ichwan

Renungan lainnya