bertumbuh-dalam-iman

Jika tidak punya pertahanan diri yang cukup kuat atau matang, pergumulan bisa menghantam orang dengan begitu hebat. Ada orang-orang yang hancur dan tidak bisa bangkit lagi saat jatuh dalam pergumulan yang begitu berat. Ada orang-orang yang tetap bisa berjalan, walaupun tertatih-tatih dan membawa luka yang dalam. Tapi ada juga orang yang justru bisa kembali menjadi lebih kuat saat bisa bertahan dan melewati badai hidupnya. Itu semua tergantung dari pertahanan yang dibangun seseorang dalam dirinya; dari fondasi yang mendasari hidup kita.

Lantas pertahanan dan fondasi apa yang bisa menguatkan dan mematangkan diri kita? Yang bisa tidak hilang saat semua diambil dari pada kita, yang bisa membuat kita terus berharap saat (nampaknya) sudah tidak ada lagi harapan, yang membuat kita punya dorongan untuk bangkit dan kembali lebih kuat dari sebelumya? Harta bisa habis, orang bisa meninggalkan kita, apa yang menempel pada kita secara fisik bisa diambil dari pada kita. Namun, iman, dan pikiran yang kita miliki, adalah dua hal yang kita bisa pilih untuk pertahankan dan bangun bahkan saat semuanya perlahan menghantam dan hilang. Inilah “bahan mentah” yang—ketika kita bisa kontrol— justru akan semakin ternutrisi, terbentuk, dan terasah saat berada dalam keadaan yang berat. Orang bisa begitu marah, kecewa, dan akhirnya meninggalkan Tuhan saat mengalami pergumulan, disebabkan karena ketidakpahaman dan

ketidaksiapan menjalani proses yang Tuhan percayakan. Saat itulah iman dan pikiran yang didasarkan pada Tuhan akan memberi “jawab”. Terkadang jawaban yang diberikan bukan muncul dalam bentuk kejelasan akan segala sesuatu yang terjadi. Saat beriman dan berpikir dalam Tuhan, orang nggak serta-merta tahu segala sesuatu bukan? Tapi ia ditolong memahami segala sesuatu pada waktu-Nya. Jawaban bahkan sering kali tidak datang dalam bentuk solusi, atau penjelasan dari semua pertanyaan kita. Jawaban bisa saja datang dalam bentuk kesadaran baru sebagai buah dari seluruh pertanyaan kita selama ini.

Jawaban bahkan bisa datang kembali dalam bentuk pertanyaan; yang menolong kita melihat diri kita lebih dalam. Ada dua kutipan menarik yang akan menolong kita memahami bagian ini:

“Faith does not eliminate questions. But faith knows where to take them.”
(Iman tidak menghilangkan pertanyaan. Tetapi iman tahu ke mana harus membawa pertanyaan-pertanyaan itu.)
Elisabeth Elliot

“To one who has faith, no explanation is necessary. To one without faith, no explanation is possible.”
(Bagi seseorang yang memiliki iman, penjelasan tidak diperlukan. Bagi yang tidak memiliki iman, penjelasan tidak akan pernah cukup.)
Thomas Aquinas

Setiap orang beriman dipanggil untuk membangun dan mengejar apa yang justru sering kali terlupakan oleh gemerlapnya berbagai tujuan dalam dunia; iman dan pikiran yang dibangun di dalam Tuhan. Inilah fondasi; dasar bagi kita untuk tidak sekadar bertahan, tapi juga berharap, dan bangkit, kembali menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Ini bukan proses yang terjadi dalam semalam. Butuh komitmen, konsistensi, kesadaran, refleksi, dan latihan terus menerus untuk membangun dan menguatkannya. Mulailah dengan membangun hubungan yang intens dengan Tuhan. Milikilah integritas di mana pun dan kepada siapapun kamu berjumpa dan berada. Tanamkan dalam benak kita bahwa semua yang terjadi dalam hidup kita pasti ada dalam rancangan terbaik-Nya. Selalu bertanya dalam kesadaran penuh, apa yang sejatinya sedang Tuhan kerjakan dalam hidupmu lewat proses-proses yang Ia percayakan? Demikianlah engkau sedang mendorong dirimu untuk pada akhirnya bertumbuh dalam iman. Tuhan memampukanmu. Selamat berproses!

Pdt. Maria W. Sindhu

Renungan lainnya