
Berbicara tentang tidur, ada banyak hal yang menarik. Ada orang tidurnya gampang (alias pelor) artinya dimanapun tempat dan situasinya ia gampang tidur. Ada orang-orang yang sulit untuk tidur, apalagi jika di tempat yang baru. Ada orang yang harus baca buku/koran atau majalah supaya mata bisa mengantuk dan juga ada orang yang harus minum obat tidur supaya bisa tidur. Tidur itu adalah kebutuhan kita manusia, kita butuh waktu yang cukup untuk tidur. Tidur itu sehat dan baik. Karena itu tidur yang pulas/nyenyak adalah dambaan tiap orang yang tidur, karena dapat membuat badan jadi bugar dan pikiranpun terang. Jika kita kurang tidur, itu bisa menimbulkan bermacam-macam penyakit. Karena itu, kita butuh waktu untuk tidur.
Bagaimanakah ciri-ciri orang tidur itu?
- Pertama: orang yang tidur tidak peduli akan orang lain. Apakah tidurnya bikin orang lain terganggu karena suara dengkurannya, apakah posisinya yang mengganggu atau juga karena igauannya yang berisik. Ia hanya asyik dengan kenikmatannya sendiri.
- Kedua: tak peduli dengan keadaan sekitar. ketika ada kebakaran, ada banjir, ada orang minta tolong, ada keributan, ia masa bodoh saja, ia sibuk dengan dunianya sendiri.
- Ketiga: ia sama sekali tidak waspada, tak peduli dengan apapun yang ada disekitarnya dan juga tidak menjaga dirinya sama sekali. Itulah keadaan/situasi orang yang tidur secara ‘jasmani’.
Bagaimana dengan tidur secara ‘rohani?’ Ternyata keadaannya kurang lebih sama. Orang yang tidur secara rohani juga tak peduli dengan keadaan sekitar, tak peduli dengan dirinya sendiri apalagi keadaan orang lain. Orang yang tidur secara Rohani tak pernah memikirkan apakah katakatanya menyakitkan orang lain, apakah tingkah lakunya menyebalkan dan menjijikan, apakah kepentingan orang lain harus didahulukan? Pada dasarnya orang yang tidur secara rohani hanya sibuk dan memikirkan kenikmatan dan kepentingannya sendiri. Ada banyak contohnya, misalnya: orang yang merokok di tempat umum, orang yang kebut-kebutan di jalanan sehingga membahayakan orang lain. Mengobrol selagi kebaktian, kasak-kusuk di Tengah ibadah, bergosip kesana kemari, pamer ini dan itu. Sombong, merasa benar sendiri, merasa paling pinter sendiri dan paling berjasa, dll. Tak mau bekerja sama, banyak mengatur dan memerintah seperti yang paling berkuasa, tak mau menolong orang lain/egois, tak mau bergotong royong, pokoknya ‘cuex bebex’. Persis seperti Yunus dalam Kisah Perjanjian Lama. Ketika orang dalam kapal sibuk berusaha menyelamatkan kapal dari ombak dan angin ribut, Yunus malah pergi tidur ( Yunus 1 : 5).
Ketika orang benar-benar butuh pertolongan, ia tak mau ambil pusing. Mirip dengan gambaran Tuhan Yesus tentang Imam dan orang Lewi, dalam kisah orang Samaria yang murah hati. Orang yang tidur secara rohani, sungguh sangat tidak menjadi berkat bagi orang lain. Demikianlah ada tidur jasmani dan ada tidur rohani. Tidur jasmani, itu perlu dan bermanfaat, sedangkan tidur rohani itu. Bisa ‘merusak’ diri sendiri dan bahkan bisa membahayakan orang lain. Tidur jasmani harus kita usahakan sedemikian rupa demi kesehatan tubuh kita, sedangkan tidur rohani harus kita hindarkan, karena itu adalah semacam ‘virus’, seperti virus Covid-19 yang berbahaya. Orang yang tidur rohani bisa membahayakan dirinya sendiri dan orang lain. Seperti virus Covid-19, tidur rohani bisa menjalar/ menular kemana-mana. Sebagaimana kita tidur secara jasmani dan harus bangun, maka orang yang tidur secara rohani, harus bangun!
Dari ciri-ciri tadi, termasuk yang manakah kita? Apakah kita termasuk orang yang tidur secara rohani? Yang masa bodoh, yang tak peduli dengan keberadaan sekitar dan orang lain yang ‘terpuruk’. Camkanlah apa yang dikatakan oleh Rasul Paulus : “Bangunlah, hai kamu yang tidur…!!! (Efesus 5 : 14). Bangun…woooiii bangun! Sebelum semuanya terlambat.
Pdt. Em. Setiawan Oetama