
Meminta atau memberi maaf merupakan hal yang paling sulit dilakukan oleh sebagian besar kita. Apalagi memberi maaf kepada orang yang terlanjur menimbulkan luka hati. Padahal hakikinya memberi maaf bukannya kepada mereka yang bersalah kepada kita tetapi untuk diri kita sendiri. Melalui memaafkan kita membebaskan batin dari “sampah” yang mengotori kehidupan. Forgiveness Is a Choice, memaafkan itu adalah pilihan yang hanya bisa ditentukan oleh diri sendiri. Bagi mereka yang tidak bisa dan tidak mau memaafkan, maka akan tersiksa, karena pikiran dan batinnya selalu kotor. Coba bayangkan berapa banyak uang yang kita keluarkan untuk bisa sembuh dari sakit? Anehnya, kita tetap memelihara luka batin kita. Padahal untuk bisa sembuh dari luka batin seperti ini, tidak membutuhkan biaya apapun.
Memaafkan itu gratis. Orang yang dapat memaafkan kesalahan seseorang adalah orang yang baik, sedangkan yang dapat memaafkan dan berdamai (rekonsiliasi) dengan kesalahan seseorang adalah orang yang bijak. Untuk membantu kita dalam memaafkan, setidaknya ada tiga “perubahan” yang dapat kita lakukan. Change of Action – Perubahan dari segi lahir: dari muka yang cemberut, bibir yang mencibir dan pandangan mata yang merendahkan, kembali kepada tahapan yang normal, umpamanya dengan mulai menyapa dan memberikan salam kembali seperti biasa. Mengubah dan mengembalikan penampilan lahiriah ini tidaklah mudah apalagi kalau sudah lama bermusuhan. Change of Mind – perubahan dalam pikiran: ini lebih sukar daripada yang pertama sebab kita harus mengubah pikiran maupun pandangan kita terhadap orang bersalah. Hal ini hanya bisa terjadi apabila kita bersedia dan mau mengosongkan pikiran negatif kita terhadap yang bersalah dengan cara berdamai dengan kesalahan orang itu.
Setelah kosong baru bisa diisi dengan pikiran yang positif. Hal ini membutuhkan waktu dan perjuangan diri sendiri untuk berperang dengan diri sendiri. Pada titik inilah kita mengerti ketika Yesus mengatakan “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya…” (Matius 16:24). Dengan begitu kita akan lebih positif dalam berpikir dan mampu mengubah paradigma dalam memandang kesalahan orang lain. Change of Heart – perubahan dalam hati atau batin. Dimana sifat bermusuhan kita bukan hanya sekedar hanya dihapus saja, bahkan diubah menjadi kasih, dari yang tadinya jauh sekarang menjadi dekat; dari yang tadinya lawan sekarang menjadi kawan. Apabila kita sudah dapat melaksanakan ketiga perubahan ini, maka kita akan bisa melihat dan merasakannya keindahan dari kata “maaf”. Jadi bukan hanya sekedar verbal atau tulisan kosong saja.
Colin Tipping dalam karyanya Radical Forgiveness, memberi Gambaran tentang dampak dari memaafkan. Lewat memaafkan, seseorang akan mengalami kebebasan, damai dan energi positif yang selalu baru. Melalui pengampunan, kita berpindah dan terbebas dari pengalaman tersakiti dan terluka untuk beralih ke keadaan dimana kita dapat melihat gambaran yang lebih besar dan bahkan memahami nilai dan anugerah yang diberikan dalam situasi itu. Untuk sampai pada dampak luar biasa ini, Tipping memberi lima tahapan yakni: mengisahkan pengalaman terluka; merasakan perasaaan-perasaan yang muncul; belajar untuk mulai mengecilkan kisah yang membuat terluka; mulai membingkai ulang kisah itu secara positif; dan akhirnya menyatukan bagian-bagian yang ada. Pada tahap yang terakhir ini berarti membiarkan kemungkinan yang ada tersaring ke dalam diri, memungkinkannya menjangkau diri secara mendalam, sehingga dapat memprogram ulang hati dan pikiran kita dan memulai proses pengampunan sejati yang otentik dan abadi.
Saudara, dasar dari Tindakan memaafkan adalah karena kita sendiri telah dimaafkan atau diampuni oleh Tuhan; bahwa Tuhan telah lebih dulu mengampuni kita, maka tidak ada alasan untuk tidak mengampuni atau memaafkan. Hidup ini terlalu indah karena itu jangan sia-siakan dengan kebencian dan ketidakmampuan untuk memaafkan. Percuma saja kalau kita memaafkan seseorang saat ia sudah tiada. Pengampunan atau maaf yang diberikan sudah tidak berlaku lagi. Sudah kadaluarsa. Expired, kadaluarsa! Siapkah kita untuk memaafkan mereka yang bersalah dan menimbulkan luka batin kita? Mulailah dari sekarang!
Pdt. Semuel Akihary