Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Kompas berarti alat untuk mengetahui arah mata angin atau pedoman arah. Melalui alat Kompas, maka orang yang tersesat di hutan dapat menentukan ke arah mana ia harus berjalan untuk dapat keluar dari belantara hutan. Namun demikian, Kompas tidak hanya menunjuk kepada alat untuk menentukan arah, Kompas juga dapat diterapkan dalam pengertian yang lebih luas, yaitu penunjuk arah dalam menjalani kehidupan agar hidup yang kita jalani berada di arah yang benar. Dalam konteks ini, Kompas bisa dalam bentuk nasihat, kata-kata bijak, pengetahuan dan firman Tuhan.
Di GKI Samanhudi ada kegiatan persekutuan yang diberi nama KOMPASKU. Persekutuan KOMPASKU adalah singkatan dari KOMUNITAS PASANGAN SUAMI – ISTRI KELUARGAKU. Melalui nama tersebut terkandung sebuah makna yang mengacu kepada Kompas yang berarti alat penunjuk arah agar orang tidak salah jalan atau tersesat. Dengan demikian, suami istri yang mengikuti Persekutuan KOMPASKU diharapkan selalu ada di jalan Tuhan, senantiasa dibimbing firman Tuhan sehingga mereka mampu menjalani hidup pernikahan yang tidak selalu mudah. Ada ungkapan, “menikah itu mudah, tetapi menjalani pernikahan itu sulit” Mengapa? Karena menikah dengan kepribadian pasangan dan menjalani hidup pernikahan dengan karakter pasangannya!
Kepribadian itu “topeng” yang lepas saat menjalani hidup pernikahan. Selanjutnya yang dilihat serta dirasakan adalah karakter asli pasangannya yang seringkali tak terduga, jauh dari apa yang diharapkan dan didambakan. Tidak sedikit suami-istri mengambil arah atau jalan yang salah saat mengalami konflik dengan pasangan akibat “benturan” karakter yang berbeda. Oleh karena itu, firman Tuhan yang diterima oleh suami istri melalui Persekutuan KOMPASKU yang selalu membahas tema sekitar kehidupan suami-istri dapat mengarahkan agar jalan hidup pernikahan mereka tidak salah arah atau tersesat ketika terjadi “benturan” karakter tersebut.
Kata KELUARGAKU (dalam singkatan KOMPASKU) menunjuk kepada kedekatan sebagai Keluarga Besar GKI Samanhudi. Kita satu saudara di dalam Kristus sebagai Keluarga Allah. Melalui penghayatan sebagai keluarga, maka para suami-istri GKI Samanhudi adalah bagian dari satu keluarga yang harus saling mengasihi, memerhatikan, menopang dan saling menolong. Dengan pengertian tersebut maka diharapkan para suami-istri GKI Samanhudi hidup dalam kebersamaan dan parsaudaraan yang kuat tanpa membeda-bedakan. Dapat hidup dalam kepelbagaian tanpa memandang suku, status sosial, pendidikan, pangkat, kedudukan, kekayaan dan status ekonomi setiap suami-istri GKI Samanhudi.
Kegiatan Persekutuan KOMPASKU lahir setelah pandemi covid-19 agak mereda. Program Persekutuan Suami-Istri adalah wadah yang bukan saja tentang Persekutuan tetapi juga pertemuan yang dilakukan secara virtual melalui aplikasi zoom dan secara periodik dilakukan secara on-site atau tatap muka. Kegiatan KOMPASKU diisi dengan renungan dan sharing kelompok. KOMPASKU diadakan satu kali dalam satu bulan setiap Sabtu minggu ketiga.
Sebagai makhluk sosial dan sebagai anggota gereja, tentu kita membutuhkan komunitas. Kita dapat bertumbuh secara rohani hanya mungkin ketika kita ikut terlibat dan aktif dalam komunitas gereja. Dalam menjalani hidup, kita membutuhkan Tuhan dan sesama khususnya saudara seiman kita. Sebagai suami-istri pun kita membutuhkan komunitas karena melaluinya kita dapat berinteraksi dan saling menguatkan. Jika kita mengikuti KOMPASKU maka itu pilihan yang bagus. Hidup pernikahan kita akan disegarkan dan dengan demikian kita tidak jenuh dalam menapaki hidup pernikahan.
Ketika kita sebagai suami-istri mengikuti KOMPASKU, maka kita sedang melaksanakan apa yang dinasihatkan penulis surat Ibrani, “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.” (Ibr 10:25).
Pdt. Em. Iwan Tri Wakhyudi