aman-di-dalam-gembala-agung

Yesus adalah gembala yang sejati dan hanya oleh karena Dia saja kita dapat hidup aman dan senantiasa hidup dalam perlindunganNya. Yohanes 10:1-10 menceritakan kepada setiap kita bahwa Yesus adalah pintu bagi domba-domba, apa arti dari kata “pintu” ini ? Pada zaman dahulu kala kandang domba yang besar maupun yang kecil hanya memiliki satu pintu saja dan orang yang berhak untuk membuka atau menutup pintu ini hanyalah sang pemilik domba yaitu sang gembala. Walaupun pintu ini dibuka oleh orang lain para domba belum tentu akan menurut dan mengikuti orang yang tidak dikenali oleh para domba. Hanya suara sang gembala saja yang didengar dan dituruti oleh para domba, mereka akan masuk dan keluar kandang sesuai dengan arahan gembala hal ini dilakukan oleh para domba karena mereka yakin pasti aman jika dekat dan taat pada suara gembala.

Perumpamaan ini Yesus bagikan untuk memperingatkan para orang-orang Farisi yang bertindak sebagai “pencuri dan perampok”. Orang-orang Farisi sering menyesatkan banyak orang dengan paham agama yang keliru, mereka memaksa orang lain untuk melakukan ini dan itu supaya tidak terkena kutukan dan ancaman dari suatu hukuman. Hal ini membuat banyak orang Yahudi pada saat itu menjadi takut dan merasa diintimidasi oleh para pemuka agama.

Suatu ritual dalam keagamaan atau kewajiban dalam agama bukannya tidak penting namun dibalik ritual ada hal yang lebih besar yaitu bagaimana setiap pengikut Tuhan harus hidup seturut dengan kehendak Yesus Kristus dan melakukan hal yang baik bagi sesame bukan malah sebaliknya memberi ketakutan dan intimidasi.

Dalam Hidup bergereja sudah sebaiknya setiap kita hidup berpusat pada Kristus, apa yang Yesus contohkan dan bagikan pada orang lain perlu kita lakukan juga bagi sesama kita. Keramahan, penerimaan, serta rendah hati menjadi nilai penting untuk kita hidupi dan bagikan bagi sesama di lingkungan gereja maupun masyarakat namun seringkali gereja yang seharusnya menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi para domba-domba Tuhan justru merasa sebaliknya. Berapa banyak orang yang merasa sakit hati ketika ikut pelayanan di gereja ? Berapa banyak orang yang takut untuk ikut terlibat berpelayanan di gereja ? Kenapa orang-orang menjadi trauma dan tidak ingin datang ke gereja karena sudah mendapat luka di gereja ? hal ini baik untuk kita renungkan dan kita lihat kembali….. Apakah kita sudah menjadikan gereja kita tempat yang aman dan nyaman bagi orang lain atau justru kita malah menjadi seseorang “pencuri atau perampok” yang membuat orang lain menjadi tidak nyaman untuk datang beribadah dan terlibat dalam pelayanan.

Tuhan kita Yesus Kristus yang sudah mati dan bangkit bagi kita adalah seorang Gembala yang baik bagi para domba-dombaNya. Ia menjaga dan melindungi domba-dombaNya dari segala bahaya dan ancaman. Pengembalaan yang Yesus lakukan baik kita contoh dan kita lakukan juga dalam kehidupan bergereja dan bermasyarakat. Menerima, memberi keramahan serta berbagi kebaikan merupakan hidup nyata seorang pengikut Kristus. Menjadikan gereja kita sebagai tempat yang ramah, aman, dan nyaman merupakan kewajiban kita untuk memelihara kasih Tuhan diantara para domba Tuhan sehingga Jemaat Tuhan juga dapat merasakan penyertaan Tuhan dan perlindungan Tuhan dari diri kita juga. Ingat bahwa Yesus Kristus adalah Gembala yang baik, pintu masuk dan keluar bagi para domba yang mengikutNya, maka buatlah orang lain merasa nyaman dan aman bukan malah menjadi “perampok atau pencuri” yang membuat orang lain menjadi takut dan tidak nyaman.

Sdr. Abdi Sabda Winedar

Renungan lainnya