
Sudah dua ribu tahun lebih usia gereja di bumi ini. Sepanjang kehadirannya, gereja diperhadapkan dengan berbagai pergumulan. Mulai dari penganiayaan, beratnya penderitaan, iman yang tergoncang sampai penolakan berdirinya bangunan gereja. Di samping itu, gereja juga selalu diancam perpecahan. Akibat beda pendapat, beda penafsiran terhadap Alkitab, ajaran sesat, kepentingan diri sendiri, rebutan pengaruh, rebutan umat serta akibat memaksakan kehendak para pemimpin atau pengelola gereja.
Sejarah telah membuktikan bahwa “semakin dibabat, gereja semakin merambat” maka sesungguhnya yang dapat membuat gereja tercerai berai dan bisa lenyap bukanlah karena penganiayaan, intimidasi dan penindasan, tetapi karena perpecahan! Oleh sebab itu, kesehatian dan teguhnya semangat persatuan dalam persekutuan gereja adalah senjata utama dalam menghadapi pelbagai pergumulan dan tantangan gereja dan pelayanannya.
Itulah sebabnya, dalam doa Yesus yang panjang yang terdapat di Injil Yohanes pasal 17, Yesus meminta kepada Bapa agar para murid-Nya bersatu, (Yoh 17:21) “supaya mereka semua menjadi satu” (Latin: ut omnes unum sint). Yesus berdoa sungguh-sungguh agar Bapa menjaga, memelihara dan menguduskan para murid. Mengapa? Oleh karena Yesus tahu apa yang harus para murid hadapi. Dalam doa-Nya, Yesus tak hanya memohon kepada Bapa untuk menjaga, memelihara dan menguduskan para murid tetapi juga memohon agar Allah Bapa menyertai para murid. Tuhan tak akan pernah membiarkan para pengikut-Nya berjalan seorang diri!
Doa Yesus memberikan pengharapan dan kekuatan. Tidak mudah menjadi murid Yesus karena harus hidup meneladani Sang Guru yaitu Tuhan Yesus. Tak mudah, karena harus mengalami penolakan dunia! Tak mudah, karena harus menyangkal diri dan memikul salib. Melalui doa-Nya, Dia memberikan peneguhan bahwa para murid Yesus sepanjang zaman adalah milik Allah. Artinya, ketika kita menjadi milik Allah maka Dia akan menjaga dan melindungi. Perlindungan Allah adalah kekal oleh karenanya tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah termasuk kematian! Hidup dan jiwa kita milik Allah, maka baik hidup maupun mati, kita adalah milik Allah. Sebagai milik-Nya kita tidak berjalan seorang diri tetapi bersama dan beserta Allah.
Hal lain yang hendak dinyatakan melalui doa-Nya, Yesus memberikan penegasan, bahwa kita sebagai pengikut-Nya mempunyai tugas untuk meneruskan karya Yesus di bumi. Menjadi utusan Allah, bersaksi dan melayani dengan tetap kompak dan bersatu saling menolong bukan saling merongrong. Kesatuan dan persatuan kita sebagai murid-Nya adalah kudus. Yesus berdoa, “supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita” (Yoh 17:11) “Kita” adalah Bapa, Anak, Roh Kudus. Artinya nilai kesatuan kita sebagai murid-Nya itu luhur dan kudus seperti Bapa, Anak dan Roh Kudus.
Tentu, jika Allah telah memelihara dan menguduskan kita, maka bagian kita adalah berjuang dan berusaha memelihara kekudusan dan kesatuan dalam jemaat. Doa Yesus adalah wujud bahwa Dia mengasihi kita. Kasih Tuhan tak bersyarat. Melalui doa-Nya Yesus mau menjadi Sahabat kita selamanya. Dalam Yohanes 15:14, dikatakan “Kamu adalah sahabatKu jika kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.” Melakukan perintah Tuhan adalah konsekwensi logis dari seorang yang menjadi sahabat-Nya.
Sebagai umat tebusan-Nya yang telah menjadi murid Yesus bahkan sebagai sahabat Yesus, kita dipanggil untuk menyatakan kekudusan kita dalam kesatuan dan persatuan dalam hidup bergereja. Kita sebagai jemaat dan tubuh Kristus, mempunyai tugas untuk mewujudkan doa Yesus agar kita tetap menjadi satu di tengah kepelbagaian dan perbedaan yang ada, baik beda dalam arti pandangan atau pendapat, talenta, usia, status sosial, status pendidikan, warna kulit maupun beda suku, bangsa dan budaya kita.
Pdt. Em. Iwan Tri Wakhyudi