no-shortcuts

Saat mendaki gunung biasanya ada 2 jenis jalur. Pertama, jalur pendaki. Jalur ini biasa dilewati oleh para pendaki atau wisatawan umum. Waktu tempuh melewati jalur ini biasanya cukup panjang. Kedua, jalur pintas. Jalur ini biasa dilewati oleh warga atau orang-orang yang biasa bekerja di sekitar gunung. Waktu tempuhnya jauh lebih pendek dibandingkan dengan jalur pendaki. Misalnya, jalur pendaki waktu tempuhnya 8 jam, sedangkan jalur pintas hanya 2-3 jam untuk mencapai puncak. Oleh karena itu jalur pintas biasa digunakan untuk melakukan evakuasi atau pertolongan darurat bagi para pendaki yang membutuhkan bantuan. Jalur pintas ini tidak boleh dilewati oleh pendaki atau wisatawan umum, karena akan menggangu gerak cepat dalam proses yang sifatnya darurat. Jalan pintas biasa digunakan untuk memotong proses yang panjang menjadi lebih singkat, dan biasanya penggunaannya dibarengi dengan harapan akan mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam keseharian, hal ini bisa saja terjadi.

Misalnya, orang mencontek supaya dapat nilai bagus dan lulus. Orang mencari jalan tikus untuk menghindari kemacetan, berharap sampai tepat waktu padahal berangkatnya aja sudah telat. Orang rela jilat sana-sini supaya karirnya mulus, bahkan ada yang pakai jalur ordal alias orang dalam supaya langsung diterima kerja, dan lain sebagainya.

Kalau dipikir-pikir, siapa sih yang tidak suka jalan pintas? Semua suka. Kalau bisa gampang, ngapain harus susah-susah bukan? Jalan pintas memang bisa membuat kita menghemat banyak hal; waktu, tenaga, biaya, usaha, dll. Namun nyatanya tidak semua hal bisa dicapai dengan jalan pintas! Hal yang didapatkan dengan jalan pintas biasanya tidak akan bertahan lama. Mengapa? Karena untuk bertahan lama, orang harus tahu bagaimana cara bertahan; ketika jatuh, gagal, dikhianati, banyak saingan, perkembangan sekitar begitu cepat, atau bahkan saat kita sudah terlalu lama berada di zona yang nyaman. Proses trial and error diperlukan untuk mematangkan seseorang dalam melewati berbagai tahapan dalam kehidupannya. Ini hanya bisa dirasakan dan didapatkan dalam proses yang sehat, bukan yang dipotong dengan mencari shortcuts atau jalan pintas.

Oleh karena itu nikmatilah proses yang saat ini sedang dipercayakan kepada kita untuk dijalani. Jangan kutuki, melainkan nikmati dan belajarlah banyak hal dalam proses yang panjang tersebut; dari kejatuhan atau kegagalan yang kita rasakan sehingga kita tahu bagaimana caranya memperbaiki segala sesuatu dan bangkit. “There are no shortcuts to any place worth going.” (Tidak ada jalan pintas menuju tempat mana pun yang layak dikunjungi)-Beverly Sills.

Jika masih ada yang berpikir, “Saya tetap bisa sukses dan bertahan tuh walau pake jalan pintas.” Maka coba tanyakan pada diri Anda, “Apa yang hilang untuk mendapatkan kesuksesan yang instan itu?” Jangan-jangan kita kehilangan diri sendiri, integritas, nurani, bahkan iman hanya untuk memperoleh hal yang fana dalam waktu yang cepat! Ingat, jalan yang panjang nggak selalu buruk. Jalan yang pendek nggak selalu baik dan benar. Bijaklah dalam berjalan.

Pdt. Maria W. Sindhu

Renungan lainnya