
Kisah dibalik lagu “I Know Who Holds Tomorrow”
Dalam kehidupan bersama, terdapat satu keluarga yang dengan mudah menghabiskan hartanya pada hari itu juga dengan pemahaman bahwa hari esok memiliki masanya sendiri. Sebaliknya, ada pula seorang ibu rumah tangga yang sangat mengatur keuangan sedemikian rupa karena menurutnya, masih ada hari-hari depan yang harus dipikirkan. Yang manakah pola pikir dan gaya hidup anda? Pertanyaan ini tidak untuk memperdebatkan pola hidup yang benar atau salah, namun pernahkah anda berefleksi tentang apa yang akan terjadi esok hari, atau bahkan satu detik setelah ini?
Ira Stanphill (1914 – 2003) adalah seorang penginjil, komposer lagu, dan sekaligus penyanyi asal Mexico yang menulis lagu berjudul I Know Who Holds Tomorrow. Lagu ini sangat terkenal bahkan sampai saat ini, yang kemudian diterjemahkan oleh K. P. Nugroho (1928 – 1994) dan dikenal dengan lagu PKJ. 241 Tak Ku Tahu Kan Hari Esok. Stanphill merupakan seorang musisi yang ulung dan berhasil menulis lagu lebih dari 500 lagu injil. Dengan kemampuan yang sama dengannya, Stanphill menikah dengan Zelma Lawson, putri seorang pendeta, yang juga berbakat dalam memainkan piano.
Selama bertahun-tahun Stanphill berdampingan dengan Zelma dalam pelayanan injil dan lagunya. Namun, bak kehidupan yang tidak selalu lurus, Zelma memilih jalan lain dan meninggalkan Stanphill. Tidak lama setelah perceraiannya, Zelma mengalami kecelakaan mobil yang membuatnya meninggalkan Stanphill untuk selamanya. Dari pasang surut yang dialaminya, Stanphill mengalami depresi berat dan sempat meninggalkan pelayanannya untuk beberapa saat.
Bagi Stanphill, setiap hari yang ia jalani terasa berat, sampai ia bertemu Gloria Hollingsworth dan menjalani kehidupan yang baru dengannya. Sejak saat itu, semangat Stanphill bangkit dan ia kembali membagikan serta menulis himne injil, meskipun pada 1976, Stanphill didiagnosa menderita tumor otak yang ganas. Dalam proses penyembuhannya, Stanphill kembali bergumul dengan hidupnya dan mulai mempertanyakan; “siapa yang akan bertahan di hari esok?”. Meskipun tumornya berhasil disembuhkan, Stanphill tetap mempertanyakan hal yang sama namun juga dengan keyakinan bahwa ia tidak akan dibiarkan seorang diri.
Sebagai manusia yang terbatas, kita tidak akan mampu melampaui rencana Allah yang tak terbatas itu. Jangankan minggu yang akan datang, siang atau malam hari ini pun masih dalam bayang ketidakpastian. Jika kita menoleh sebentar ke belakang, kepada siapa anda berpengharapan hingga saat ini? Dengan siapa anda berjalan sejauh ini? Jawabannya, ya, dengan Allah, Sang Penghibur dan Sang Perangkul yang selalu mengulurkan tangan-Nya kepada kita, itu mengapa hari-hari yang sulit pun ternyata sudah terlewati.
“Sebab Aku ini, Tuhan, Allahmu, memegang tangan kananmu dan berkata kepadamu: “Janganlah takut, Akulah yang menolong engkau.” (Yes 41:13).
Jika dalam pergumulannya, Stanphill merasa bahwa Tuhan selalu disisinya, maka demikian juga dengan kehidupan kita. Jika dalam ketidakpastian, Stanphill pun tetap berpengharapan kepada Tuhan, maka mengapa kita harus takut dan gentar? Sebab dalam ketidakpastian, alangkah terhiburnya kita saat menyadari bahwa Ia yang amat mengasihi kita selalu memegang tangan kita dan berjalan bersama dengan kita.
Tak Ku Tahu Kan Hari Esok
- Tak ‘ku tahu ‘kan hari esok, namun langkahku tegap, bukan surya kuharapkan, kar’na surya ‘kan lenyap. O tiada ‘ku gelisah, akan masa menjelang; ‘ku berjalan serta Yesus. Maka hatiku tenang. Banyak hal tak kufahami dalam masa menjelang, tapi t’rang bagiku ini: Tangan Tuhan yang pegang.
- Makin t’ranglah perjalanan, makin tinggi aku naik. Dan bebanku makin ringan, makin nampaklah yang baik. Di sanalah t’rang abadi, tiada tangis dan keluh; Di neg’ri seb’rang pelangi, kita k’lak ‘kan bertemu. Banyak hal tak kufahami dalam masa menjelang, tapi t’rang bagiku ini: Tangan Tuhan yang pegang.
- Tak ‘ku tahu ‘kan hari esok, mungkin langit ‘kan gelap. Tapi Dia yang berkasihan, melindungi ‘ku tetap. Meski susah perjalanan, g’lombang dunia menderu, dipimpinNya ‘ku bertahan sampai akhir langkahku. Banyak hal tak kufahami dalam masa menjelang, tapi t’rang bagiku ini: Tangan Tuhan yang pegang.
TPG Florence R. R. Hasibuan