kehadiran-yesus-menghadirkan-pengharapan-baru

Dua murid berjalan menuju Emaus, hati mereka berat, langkah mereka lambat. Harapan mereka tentang Yesus sebagai Mesias seakan sirna bersama kematian-Nya di salib. Mereka berbicara tentang peristiwa tragis itu dengan rasa kecewa dan kehilangan. Namun tanpa mereka sadari, Yesus yang bangkit telah berjalan Bersama mereka, menyertai langkah-langkah mereka yang penuh kesedihan (Luk. 24:15–16).

Kisah ini menyentuh kita yang sering merasa kecewa, kehilangan arah, dan tidak mengerti apa yang sedang Allah kerjakan. Namun sebagaimana Yesus menyatakan diri-Nya di sepanjang jalan, membuka Kitab Suci, dan akhirnya dikenal saat memecah roti (ay. 27–31), kita pun diajak untuk membuka hati terhadap kehadiran-Nya dalam perjalanan hidup kita.

Kebangkitan Yesus tidak hanya menjadi fakta historis, tetapi pengalaman spiritual yang mengubah hidup. Ia tidak meninggalkan murid-murid dalam kesedihan, tetapi datang menyapa mereka, berjalan bersama mereka, dan membuka mata mereka. Yesus yang bangkit adalah Yesus yang hadir—dalam firman, dalam perjamuan, dan dalam komunitas umat percaya.

Setelah mereka menyadari siapa yang menyertai mereka, kedua murid itu segera kembali ke Yerusalem untuk membagikan pengalaman mereka. Di sana, Yesus kembali menampakkan diri, memberkati para murid dengan damai, dan membuka pikiran mereka untuk memahami Kitab Suci (ay. 36–45). Ia lalu mengutus mereka sebagai saksi dari kebangkitan (ay. 48).

Renungan ini mengajak kita menyadari bahwa kebangkitan Yesus menghadirkan pengharapan baru. Pengharapan yang tidak hanya untuk masa depan, tetapi yang nyata dalam perjalanan hidup kita sekarang—ketika kita merasa jauh, putus asa, atau kehilangan arah. Kristus yang bangkit berjalan bersama kita, membuka pikiran dan hati kita, dan mengutus kita menjadi pembawa harapan bagi dunia. Karena Ia hidup, kita pun dapat hidup dalam pengharapan yang tak pernah padam.

Pdt. Peter Abet Nego

Renungan lainnya