
Setiap kita tentu kenal sebuah lagu Jalan Serta Yesus. Lagu Jalan Serta Yesus, adalah salah satu lagu sekolah minggu yang mudah dihafal. Lagu itu biasa dinyanyikan dengan disertai gerakan- gerakan yang menyenangkan. Namun lagu tersebut tidak sepenuhnya menggambarkan hal yang sesungguhnya dalam mengikut Yesus serta berjalan bersama Yesus. Berjalan bersama Yesus bukanlah hal yang mudah.
Saat berjalan bersama Yesus, para pegikut Yesus bukan saja akan merasakan suka dan duka, tetapi juga masuk dalam penderitaan sebagaimana yang dialami-Nya. Bahkan berjalan bersama Yesus membuat para pengikutNya harus menyangkal diri dan memikul salib. Sebuah perjalanan yang tidak semudah dikatakan atau dinyatakan. Sebab umat bukan hanya berjalan bersama Yesus, namun harus disertai hati yang sungguh mau merendahkan diri dan melepaskan keakuan diri atas segala keinginan atau kehendak diri.
Di tengah kehidupan manusia yang selalu mencari kesenangan diri dan berbagai kemudahan, ajakan Yesus untuk mengikut-Nya, menyangkal diri dan memikul salib, bahkan turut dalam penderitaanNya jelas bukan pilihan yang popular. Apalagi jika harus menderita untuk orang lain. Sulit menemukan orang yang mau menjalani penderitaan untuk kebaikan orang lain. Yang ada justru membiarkan orang lain menderita demi kepentingan dirinya sendiri. Orang-orang seperti ini akan memandang penderitaan sebagai sesuatu yang harus dijauhi dan dihindari.
Jalan penderitaan yang ditempuh Yesus itulah yang justru membawa keselamatan bagi manusia. Yesus menunjukkan bahwa penderitaan bukan sesuatu yang harus dihindari. Tetapi juga bukan sesuatu yang harus terus menerus dirasakan sehingga mencari-cari hal yang bisa membuat menderita. Penderitaan yang dialami Yesus menjadi cara-Nya untuk menebus manusia dari kuasa dosa. Penderitaan itu juga mengajar para pengikut-Nya untuk merendahkan diri dan tunduk pada kehendak dan rencana Allah. Hal ini berarti berjalan seturut pikiran Allah yang terkadang berbeda cara dengan cara berpikir manusia. Petrus gagal memahami hal ini. Bagi Petrus, penderitaan harus dihindari, tidak boleh dialami oleh Yesus sehingga menegurnya. Cara berpikir Tuhan berbeda dengan cara berpikir manusia.
Jalan penderitaan yang ditempuh Yesus adalah cara-Nya untuk menuju keselamatan abadi bagi manusia. Hanya dengan demikian janji Allah digenapi untuk umat manusia. Minggu Prapaskah II ini, mengajak umat untuk kembali menghayati arti menjadi pengikut Yesus yang berjalan bersama Yesus dengan bersungguh di dalam penyangkalan diri, dalam memikul salib di tengah pergumulan hidup yang dijalani.
Ketika Yesus bersedia berjalan bersama kita, apakah kita juga bersedia memberikan tanggapan dengan hidup dalam ketaatan kepada-Nya. Meskipun jalan hidup kita dapat sulit dan berat, namun Ia berjanji akan tetap menyertai dan memberikan kekuatan kepada kita.
Pdt. Peter Abet Nego