renungan-gki-samanhudi-3

Setiap orang ingin panjang umur. Panjang umur dapat dipahami dengan rupa-rupa pemahaman. Ada yang memahaminya dengan panjang umur tanpa mengalami kematian. Ada juga yang memahami dengan hidup terus tanpa penderitaan. Ada yang memahami sebagai hidup dalam keabadian, atau pun ada yang memahami dengan hidup dalam kekekalan, dll. Apakah hal-hal tersebut sama atau berbeda?

Dengan demikian, berbagai cara akan diupayakan untuk mendapatkan hidup kekal atau abadi. Seperti apakah pandangan iman Kristen tentang kehidupan kekal atau abadi? Inti kepercayaan seluruh agama adalah keselamatan yang mengupayakan hidup tetap abadi dalam kemuliaan. Karena itu, kepercayaan kehidupan setelah kematian menjadi bagian utama dan pegharapan agama-agama.

Umumnya, agama-agama dan kepercayaan memiliki kepercayaan bahwa jiwa/roh manusia bersifat baka (immortal). Walaupun jiwa bersifat immortal, pada hakikatnya, membutuhkan panduan ilahi melalui ajaran dan ritual keagamaan. Kegagalan menjalani kehidupan dengan mengabaikan ajaran dan ritual keagamaan akan menyebabkan jiwa/roh manusia menerima hukuman di neraka atau mengalami reinkarnasi.

Melalui kebangkitan-Nya, Yesus menegaskan bahwa Ia adalah Sang Jalan yang berasal dari Sorga dan sehakikat dengan Allah. Di Yohanes 10:30, Yesus menyatakan bahwa Ia dan Bapa adalah satu. Karena itu setiap orang yang berada di dalam Dia akan menerima hidup abadi.

Realitas keabadian hanya dapat berasal dari Allah yang kekal. Makna “kekal” berarti tidak berawal dan tidak berakhir. Kristus yang sehakikat dengan Allah yang kekal adalah berasal dari surga sehingga memiliki kuasa untuk mengaruniakan hidup yang abadi.

Hidup yang abadi di dalam Kristus diterima umat saat mereka percaya dan akan berlangsung

sampai selama-lamanya. Kitab Wahyu 7:9-17 memberikan gambaran bagaimana hidup abadi di dalam Kristus dialami oleh umat percaya. Walau pun umat mengalami kematian karena penganiayaan, kelak mereka akan menerima mahkota kemuliaan surgawi. Jaminan keselamatan tersebut bersumber pada diri Sang Kristus yang kekal sehingga Ia berkuasa atas maut dan bangkit dari kematian.

Makna hidup abadi (everlasting life) dalam realitas seharihari tidak senantiasa bersifat supranatural melalui berbagai mukjizat. Sebaliknya, umat percaya dapat mengalami hidup abadi dalam realitas sehari-hari yang bersifat natural, yaitu hidup yang bermakna dan penuh di dalam Kristus. Sebab apa artinya seseorang dapat berusia lanjut, tetapi tidak mengalami hidup yang bermakna? Hidup yang tanpa makna akan kosong, hampa dan kering. Sebaliknya, hidup yang bermakna adalah hidup yang penuh, walau pun mengalami penderitaan karena menyatakan iman dan kebenaran.

Pdt. Peter Abet Nego

Renungan lainnya