![dibebaskan-dari-perangkap](https://gkisamanhudi.org/wp-content/uploads/2025/01/renungan-1.jpg)
(Renungan dari Mazmur 31)
“Engkau akan mengeluarkan aku dari jaring yang dipasang orang terhadap aku, sebab Engkaulah tempat perlindunganku.” (Mazmur 31:5)
Rizal terjebak dalam perangkap finansial sejak mengajukan pinjaman online (pinjol). Ketika membutuhkan modal kerja, ia ditawari pinjaman dana segar tanpa jaminan dan syarat berbelit; cukup dengan mengisi data lewat aplikasi dan scan KTP. Rizal baru menyadari dirinya terperangkap dalam jebakan hutang ketika gagal membayar utang tepat waktu. Denda dan bunga hariannya sangat tinggi. Dalam waktu relatif singkat, utangnya membengkak tujuh kali lipat. Ia sampai tidak berani pulang ke rumah karena para penagih utang terus mendatangi rumahnya. Mereka juga berhasil memiliki daftar nomor kontak Rizal lalu meneror semua temannya seraya mempermalukan dirinya.
Banyak orang terjebak dalam perangkap, entah karena kecerobohan diri sendiri atau karena dijahati orang. Ada perangkap finansial, ada perangkap kecanduan narkoba, ada juga perangkap spiritual akibat mengikuti ajaran sesat. Lainnya terjebak dalam perangkap relasi, dimana orang merasa tersiksa menjalani relasi yang toxic tanpa bisa keluar dari dalamnya.
Mazmur 31 memuat ungkapan dari seorang yang menghadapi situasi terjebak. Ia memohon agar Tuhan mengeluarkan dirinya dari “jaring yang dipasang orang terhadap aku.” Kata “jaring” disini menunjuk pada alat perangkap burung. Pada saat burung-burung berkerumun, mendadak sebuah jaring menjerat mereka. Tubuh mereka meronta-ronta tanpa daya. Mereka menjadi sulit bergerak. Sayap mereka tidak dapat dipakai untuk terbang membebaskan diri. Seperti itulah kondisi orang yang sedang terperangkap. Ia kehilangan kebebasan untuk bergerak dan berkarya. Hidup menjadi terasa sesak dan serba terbatas. Keceriaan sirna. Hari-hari hidup habis dalam duka dan keluh kesah, sementara orang-orang di sekitar tampak melupakan dirinya.
Syair Mazmur 31 tidak melulu berisi jeritan, keluhan, dan doa permohonan. Di dalam doa Pemazmur ada juga ungkapan keyakinan bahwa dirinya tidak akan selama-lamanya terperangkap. Kebenaran Tuhan akan membebaskan dirinya (ay.2). Ia akan dikeluarkan dari jaring (ay.5). Tuhan akan membuat “wajah-Nya bercahaya” (ay.17); memberinya pencerahan untuk menemukan jalan keluar dari perangkap. Sekalipun dalam jangka pendek ia harus melalui hari-hari penuh duka dan keluh-kesah, dalam jangka panjang ia yakin: “masa hidupku ada dalam tangan-Mu” (ay.15). Pemazmur jelas tidak menempatkan diri sebagai korban yang tidak berdaya, sebab hidup matinya bukan berada di tangan si penjerat, melainkan di tangan Tuhan.
Persoalan terbesar ketika seseorang berada dalam perangkap ialah mengalami lingkaran keputusasaan. Ia mengira dirinya tidak dapat melakukan apapun untuk mengubah situasi. Semuanya terasa mustahil. Disinilah inspirasi Pemazmur menjadi mutiara berharga. Bagi Pemazmur, masuk ke dalam perangkap bukanlah akhir segalanya. Itu hanyalah situasi sementara. Pemazmur tidak mau menyerah, melainkan berserah. Hal itu terungkap dalam sebuah kalimat indah yang bahkan dikutip Tuhan Yesus menjelang akhir hidup-Nya: “Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku”
Pdt. Juswantori Ichwan