berjalan-bersama-Nya

Google Map adalah pemandu perjalanan saya setiap kali akan pergi menuju suatu tempat yang masih asing bagi saya. Handphone saya letakkan di kursi kosong di sebelah saya dan saya dengarkan “sang pemandu” membimbing jalan saya. Lalu, seperti biasanya, saya akan sampai di tujuan. Jadi, tidak masalah, bila tempat itu belum pernah saya kunjungi sebelumnya, asalkan saya menggunakan bantuan Google Map dan manut kepadanya, saya pasti sampai di tempat yang saya tuju.

Ada yang menarik dalam pengalaman ini, di tengah perjalanan “sang pemandu” tiba-tiba mengubah arah saya. Ia memberi tahu jalan yang lebih dekat dan lebih cepat sehingga saya dapat menghemat jarak dan waktu tempuh saya. Tentu saja saya dengan senang hati manut, sebab lebih cepat lebih baik bukan? Mengapa bisa demikian? Hal itu karena “sang pemandu” dapat melihat dari satelit jauh lebih luas dari yang dapat saya lihat. Saya hanya dapat melihat jalan di depan saya saja, tetapi Google Map dapat melihat keseluruhan perjalanan saya dan jalan-jalan yang harus saya lewati untuk sampai pada titik yang saya hendak tuju.

Betapa canggihnya bukan? Hanya saja diperlukan satu syarat, saya mendengarkannya dan manut pada arahannya. Dalam hidup beriman kita juga memiliki pemandu. Sang pemandu itu adalah Tuhan sendiri yang berfirman kepada kita. Firman-Nya itulah yang menuntun jalan kita.

Seperti kata pemazmur “Firman-Mu adalah pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” (Maz.119:105). Kita percaya dan patuh pada Firman Allah yang telah menjadi manusia Ia adalah Sang Juruselamat yang senantiasa bersama kita dan berjalan bersama kita. Hidup dengan segala dinamikanya akan dapat kita tempuh ketika kita setia berjalan bersama-Nya. Nyanyian dalam KJ 370 mengingatkan kita tentang hal itu.

Judul aslinya adalah Down In The Valley with My Savior I Would Go dan diterjemahkan oleh Yamuger menjadi “Ku Mau Berjalan Dengan Jurus’lamatku”. Sebagian syairnya berbunyi sebagai berikut :

‘Ku mau berjalan dengan Jurus’lamatku di lembah berbunga dan berair sejuk
Ya, kemana juga aku mau mengikutNya sampai aku tiba di neg’ri baka

Refrein:
Ikut ikut ikut Tuhan Yesus; ‘ku tetap mendengar dan mengikut-Nya
Ikut ikut ikut Tuhan Yesus; ya kemana juga ku mengikut-Nya

 ‘Ku mau berjalan dengan Jurus’lamatku
di lembah gelap di badai yang menderu.
Aku takkan takut di bahaya apapun,
bila ku dibimbing tangan Tuhanku.

Berjalan bersama Tuhan, mendengarkan suara-Nya dan menaati-Nya adalah panggilan kita sebagai umat dan keharusan bagi kita selaku milik kepunyaan-Nya yang dikasihi-Nya. Kita meyakini, apapun yang Tuhan lakukan adalah hal terbaik bagi kita. Kita harus selalu menyadari akan keterbatasan kita sehingga kita tidak boleh mengandalkan diri sendiri dalam setiap keputusan dan langkah hidup yang kita ambil. Kita hanya tahu detik ini, tetapi waktu di depan kita, jam, hari, minggu, bulan dan tahun, kita tak dapat memastikannya. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi, tetapi Tuhan dan hanya Tuhan yang tahu. Karena itu sudahlah seharusnya kita mengandalkan Tuhan dalam segala hal dan menjalani kehidupan ini dalam ketaatan yang penuh kepada-Nya. Alias manut total.

Dalam rasa syukur bahwa kita masih diberi waktu dan kesempatan menjalani hidup, baiklah kita juga meneguhkan dan menguatkan hati kita untuk rela dan siap diarahkan oleh Tuhan. Dengarkanlah Tuhan dan berjalanlah selalu bersama-Nya. Amin.

 Pdt. Frida Situmorang

Renungan lainnya